Sunday, December 7, 2014

MAKALAH MOTIVASI

MOTIVASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ PSIKOLOGI PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu :
  Irfan Burhani,M.Psi

 










Oleh :
HABIBULLAH TAYEH      932119213


KELAS : H

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berbicara tentang mutu pendidikan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik. Inti persoalannya adalah pada masalah “Ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Permasalahan motivasi belajar siswa merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas motivasi ditunjukkan dengan beragamnya faktor yang terlibat. Di sisi lain, motivasi siswa juga bersifat unik, karena siswa yang berbeda dan sekolah yang berbeda dapat menghadapi permasalahan yang sama. Namun, dengan profil yang  berbeda. Motivasi belajar siswa merupakan  hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa.

B.     Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan motivasi, khususnya motivasi dalam proses belajar dan pembelajaran. Secara rinci masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana definisi (pengertian) dan macam-macam  konsep motivasi?
2.      Siapa tokoh (pemilik konsep) motivasi?
3.      Bagaimanakah ciri-ciri motivasi?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi?
5.      Bagaimana teori motivasi yang ada?
6.      Bagaimana pentingnya (peran) konsep motivasi pada proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak  untuk melakukan sesuatu. Atau suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu  organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang[1].
      Motivasi atau dorongan adalah suatu kondisi yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) adalah yang menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu, maka kita pergunakan istilah “perangsang” (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu. Jika yang ditekankan adalah faktanya/ objeknya, yang menarik organisme itu, maka kita pergunakan istilah “perangsang” (incentive)[2].
      Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung[3]. Senada dengan pendapat Agus Suprijono bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama[4].
Menurut Syamsu, motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan[5].
Menurut Hartina, motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorongan kegiatan individu yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan[6].
Menurut Winkel, motivasi adalah motif yang menjadi aktif saat melakukan percobaan. Motif ini sudah ada dalam diri seorang sejauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan[7]. Winkel menjelaskan bahwa motivasi belajar di sekolah yang lazim itu dibedakan atas dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik[8].
Menurut Whittaker, motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi kekuatan pada organisme dan mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan[9].
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a enegry change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi sesorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencaapai tujuan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar[10].  
Berdasarkan uraian pengertian di atas, motivasi adalah suatu dorongan yang diberikan oleh orang lain untuk mencapai tujuannya. Motivasi yang ada dalam diri manusia yaitu suatu kemampuan atau faktor yang terdapat dalam diri manusia untuk menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi dapat dikatakan sebagai suatu tindakan atau kondisi. Melalui motivasi dapat memberikan inspirasi agar seseorang mau melakukan kegiatan. Dalam buku “Motivasi Teori dan Penelitian” dijelaskan bahwa setiap makhluk hidup pasti akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan dan mereka memaknai kegiatan ini dengan dukungan dan dorongan yang menguatkan sehingga mereka akan merasa percaya diri untuk melakukan pekerjaan.
B.     Macam-macam motivasi
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu yang lahir dari dalam diri manusia yang berupa dorongan yang kuat yang keluar dari dirinya dan memberikan suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan tanpa suatu kepaksaan[11].
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu[12].  Motivasi intrinsik apabila tujuannya kepada anak didik, biasanya untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajari. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu[13].
Motivasi ini merupakan motivasi yang datang atau muncul dari dalam diri individu itu sendiri karena adanya rasa senang atau suka untuk melakukan sesuatu, misalnya belajar.
Orang yang memiliki motivasi intrinsik dalam tingkah lakunya didasarkan atas dorongan dari dalam, misalnya dalam masalah belajar. Peserta didik melakukan belajar atas dasar kesadaran diri, karena betul-betul mengetahui atau betul-betul ingin mendapat ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai agar menjadi atau memiliki tingkah laku yang baik, bukan karena tujuan-tujuan yang lain seperti ingin dipuji, disayang karena hadiah, karena takut, dan lain sebagainya. Orang yang termotivasi intrinsik menganggap bahwa apabila ia telah berhasil memenuhi kebutuhan, maka ia akan merasa puas dan merasa cukup. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik mengacu pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi untuk bertingkah laku bukan karena adanya kekuatan atau perkuatan eksternal, melainkan karena tingkah laku itu sendiri cukup memberikan kepuasan bagi individu[14].
Pada motivasi intrinsik, peserta didik belajar karena belajar itu sendiri dipandang bermakna atau dapat bermanfaat bagi dirinya. Tujuan yang ingin dicapai terletak dalam perbuatan belajar itu sendiri yaitu menambah pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila anak didik hendak mencapai tujuan untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar. Oleh karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakannya. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik yang positif maupun negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik, angka, ijazah, pujian, hadiah berpengaruh positif dengan merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran yang kasar, berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan guru dengan anak didik[15].  Motivasi ekstrinsik yaitu yang tumbuh karena adnya dorongan dari luar yang diberikan oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Motivasi ini cenderung dialami oleh anak-anak karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari luar, sehingga peran orang tua, guru sangat penting untuk kemajuan anak[16].
Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar[17]. Pengertian ini dapat dipahami bahwa motivasi itu bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar peserta didik, misalnya dari pendidik, tetapi motivasi itu berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri namun kemunculannya itu karena dirangsang dari luar individu (peserta didik). Misalnya seorang peserta didik belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, disanjung, dipuji dan lain sebagainya.
Jadi apabila dilihat dari segi tujuannya, maka motivasi ekstrinsik itu tidak secara langsung berhubungan dengan esensi apa yang dilakukannya itu (dalam hal ini belajar). Oleh karena itu, dapat dikatakan motivasi ekstrinsik menekankan bahwa tingkah laku individu dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan eksternal berupa tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai individu[18].
Dari hal tersebut, maka motivasi ekstrinsik lebih kurang mementingkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sebagaimana diungkapkan di atas yaitu menyangkut empat kebutuhan manusia yang terdiri dari kebutuhan psikologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta atau memiliki-dimiliki, dan kebutuhan penghargaan (esteem needs).
Berdasarkan pada hal ini maka yang tergolong motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

1.      Belajar demi memenuhi kewajiban;
2.      Belajar demi menghindari hukuman;
3.      Belajar demi memperoleh hadiah;
4.      Belajar demi memperoleh pujian dari orang lain;
5.      Belajar demi meningkatkan gengsi sosial;
6.      Belajar demi memperoleh jabatan[19].

Sedangkan menurut Hartina, selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik, telah membagi sifat motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Motivasi takut, individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut;
2.      Motivasi insentif, individu melakukan sesuatu perbuatan untuk sesuatu insentif. Bentuk insentif seperti: mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan, kenaikan peringkat dan lain-lain;
3.      Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dari dalam diri individi[20].

C.    Tokoh dan para ahli motivasi
1.      Mc Donald
Mc Donald mengatakan bahwa: motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi yang terjadi pada diri manusia itu berbentuk aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Manusia dapat mengembangkan motivasinya melalui kegiatan-kegiatan fisik yang positif dan melahirkan suatu rasa percaya diri pada manusia.
Dalam diri manusia memiliki suatu energi yang dapat berkembang. Seseorang akan memiliki motivasi yang kuat pula untuk membangkitkan suatu keinginan yang kemungkinan besar dapat ia capai dengan adanya energi yang kuat untuk mencapai apa yang dia mau.

2.      Lucke Hume dan Hobbes
Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia entah disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu yaitu mencari hal-hal yang menyakitkan. Dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan segala hal baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar mereka hanya bertujuan satu yaitu hanya kesenangan yang diburu.
Jika dikaitkan dengan motivasi, dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia antisipasi atau ekspektasi seseorang terhadap obyek atau rangsangan yang telah dihadapkannya memberi stimulus atau rangsangan terhadap orang lain dapat menimbulkan keinginan atau harapan agar lebih baik dan lebih menyenangkan.

3.      Sigmund Freud
Sigmund Freud mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar yaitu: insting kehidupan dan insting kematian. Menurut Freud, setiap manusia memiliki kekuatan bahwa dalam dirinya dan kekuatan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia sehingga dengan kekuatan yang ada dalam dirinya itu, maka lahirlah motivasi yang dapat membangkitkan semangat.
Berdasarkan kekuatan dasar tersebut Freud, membagi manusia menjadi dua motif yaitu seksual dan menyerang, misalnya seorang anak yang diberikan rangsangan pada bagian sensitif seperti rangsangan pada otak, maka anak akan merasa senang. Akan tetapi, bila anak mendapat rangsangan buruk, maka ia akan mengamuk. Dari bukti-bukti ini dapat disimpulkan bahwa insting kematian timbul dalam diri manusia dari dia masih kecil.



4.      Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow tentang motivasi bahwa manusia memiliki tujuh hierarki motif berikut:
a.       Kebutuhan fisiologis antara lain, udara, makan, minum, air, tidur dan seks.
b.      Kebutuhan rasa aman dan keselamatan ialah merasa aman dan terlindungi jauh dari bahaya.
c.       Kebutuhan rasa cinta dan rasa mimiliki.
d.      Kebutuhan akan penghargaan meliputi prestasi mendapatkan dukungan dan pengakuan.
e.       Kebutuhan kognitif seperti upaya mengetahui, menjelajah.
f.       Kebutuhan estetik berupa keserasian, keteraturan, dan keindahan.
g.      Kebutuhan aktualisasi.

Contoh dalam teori ini yaitu, seorang anak yang melakukan aktivitas secara beruntun tanpa memiliki atau mendapat motivasi dari luar dirinya berarti dia telah memiliki motivasi intrinsik yang sangat penting bagi aktivitas belajar dalam dirinya tanpa harus ada dorongan dari luar. Namun, bila seorang anak tidak memiliki dorongan atau hasrat belajar dari dalam dirinya berarti dia tidak memiliki motivasi intrinsik. Oleh karena itu, ia sangat membutuhkan motivasi ekstrinsik dan sangat dibutuhkan bagi anak yang tidak memiliki motivasi intrinsik untuk membangkitkan semangat belajar yang telah hilang.

5.      Tyson dan Carroll
Teori Tyson dan Carrol (1970) mengatakan: kenyataannya ada diantara anak didik yang tidak termotivasi untuk belajar atau tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pengajaran di kelas. Sebagian besar anak didik aktif dalam belajar bersama dan sebagian kecil anak didik dengan berbagai sikap dan perilaku yang terlepas dari kegiatan belajar di kelas. Kedua kegiatan anak didik yang berbeda ini sebagai gambaran suasana kelas yang kurang kondusif. Guru tidak harus tinggal diam bila ada anak didik yang tidak terlibat secara langsung dalam belajar bersama, perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka, usaha perbaikan harus segera dilakukan agar mereka bergairah dalam belajar[21]

D.    Ciri-ciri motivasi belajar
Motivasi yang ada pada diri setiap orang pada dasarnya dapat diketahui dengan ciri-ciri atau indikasi-indikasi motivasi. Ada beberapa ciri atau indikasi bahwa orang tersebut memiliki motivasi sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4.   Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal[22].

Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Tenaga-tenaga tersebut seperti berikut:
1.      desakan atau drive adalah dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah.
2.      motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah.
3.      kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan sesuatu yang diperlukan.
4.      keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan[23].

Menurut Uno mengatakan indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      adanya hasrat dan keinginan berhasil;
2.      adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
3.      adanya harapan dan cita-cita masa depan;
4.      adanya perhargaan dalam belajar;
5.      adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
6.      adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik[24].

Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa motivasi itu memiliki dua fungsi, yaitu : pertama, mengarahkan atau directional function; dan kedua, mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function). Dalam mengarahkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation) dan bila sasaran atau tujuan tidak dinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran (approach-avoidance motivation). Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar[25].

E.     Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
1.      Minat
Minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik siswa yang mengejar suatu tugas yang tertarik minatnya mengalami efek positifnya yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan.
Di sisi lain, siswa juga juga cenderung memiliki pilihan pribadi tentang topik-topik yang mereka cari dan aktivitas yang mereka ikuti. Minat pribadi dan pengetahuan sering kali saling menguatkan. Misalnya: minat terhadap sebuah topik memicu sangat untuk mempelajari lebih dalam terhadap topik tersebut, dan tambahan pengetahuan yang diperoleh akan meningkatkan minat.

2.      Ekspektasi dan Nilai
Sejumlah pakar mengemukakan bahwa motivasi untuk melakukan sebuah tugas tertentu tergantung pada dua variabel yang bersifat subyektif. Variabel pertama, siswa memiliki harapan yaang tinggi (ekspektasi) bahwa mereka akan sukses. Sejarah kesuksesan dan kegagalan mereka sebelumnya pada sebuah tugas tertentu memiliki pengaruh yang kuat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, siswa sampai pada kesimpulan tentang peluang kesuksesan mereka.
Variabel kedua adalah nilai (value) yaitu keyakinan siswa bahwa ada manfaat langsung dalam pengerjaan sebuah tugas. Meski demikian, kita juga dapat membayangkan kondisi ketika siswa mungkin tidak akan terlalu menghargai suatu aktivitas.

3.      Tujuan
Sebagian besar perilaku manusia mengarah pada tujuan (goals) tertentu. Tujuan pertama, sasaran jangka pendek dan temporer. Sedangkan tujuan lainnya merupakan sasaran jangka panjang dan relatif bertahan lama. Siswa remaja biasanya memiliki berbagai tujuan, seperti menjadi bahagia dan sehat, berpartisipasi baik di sekolah, populer di kalangan teman, memenangkan lomba dalam bidang olahraga, dan menemukan sahabat jangka paanjang.
Tujuan yang erat kaitannya dengan pembelajaran adalah tujuan prestasi. Terdapat empat jenis tujuan yaitu tujuan penguasaan, tujuan pendekatan, tujuan performa, tujuan pendekatan nonforma dan tujuan hindaran performa. Tujuan pengusaan (mastery goals) merupakan hasrat untuk memperoleh pengetahuan baru atau menguasai keterampilan baru.

4.      Atribusi
Atribusi (atribution) adalah cara seseorang memandang penyebab (causes) dari suatu hasil. Ketika seseorang mencoba menjelaskan suatu kegagalan atau kesuksesan, ia sering mengatribusikannya pada salah satu atau lebih dari empat penyebab yaitu kemampuan (ability), usaha (effort), tingkat kesulitan tugas atau keberuntungan.
Atribusi penyebab dikategorikan ke dalam tiga dimensi. Dimensi pertama adalah internal & eksternal terjadi apabila individu menganggap bahwa kesuksesan karena kemampuaanya. Dimensi kedua stabilitas apakah hasil yang dikontrol dapatkah saya belajar dengan giat? Atau saya sakit sebelum ujian.

5.      Ekspektasi dan Atribusi Guru
Menyajikan lebih banyak materi pelajaran dan topik-topik yang lebih sulit, lebih sering berinteraksi dengan siswa, menyediakan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk merespon serta memberikan umpan balik positif dan spesifik.
Bisa jadi guru menunjukkan kemarahan atau kesalahan ketika siswa bekerja tidak baik. Dalam kondisi demikian, beberapa guru bahkan mungkin menghukum siswa atas tindakan siswa yang buruk[26].

6.      Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap  untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi mencakup tiga aspek:a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuanc. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
7.      Transfer
Transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila hasil belajar yang terdahulu itu memperlancar proses belajar berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar  berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer negatif[27].
8.      Incentive
Incentive adalah penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa. Penghargaan ini misalnya berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain[28].
Uno, mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan untuk belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik[29].



F.     Teori motivasi
1.      Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonismeadalah suatu aliran daalaam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang orang akan cenderung menghindari hal – hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, lebih suka melakukan sesuatu yang medatangkan kesenangan bahagia.
2.      Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok dalam hal tersebut disebut juga naluri yaitu :
a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
b. Dorongan nafsu ( naluri ) mengembangkan diri.
c. Dorongan (naluri ) mempertahankan diri dan mengembangkan diri. Sering kita temukan seorang bertindak melakukan sesuatu arena didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk menentukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan sedemikian itu.
3.      Teori reaksi yang dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak didasarkan naluri – naluri, tetapi berdasarkan pola – pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan tempat orang itu hidup.  Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup. Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengetahui mengapa ia berintrasi atau bersikap yang berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.
4.      Teori daya pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “ teori naluri” dengan “ teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan terhadap sesuatu kearah umum.
Oleh karena itu, menurut teori ini, bila memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
5.      Teori kebutuhan (Teori Abraham Maslow)
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini berangapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah utuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik maupun maupun kebutuhan psikis.
Banyak ahli psikologi yang telah bejasa merumuskan kebutuhan – kebutuhan manusia ditinjau dari sudut psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat beberapa teori kebutuhan yang sangat erat dan berkaitan dengan kegiatan motivasi.
Sebagai seorang pakar psikologi, maslow mengemukakan adanya lima tingakatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan inilah yang kemudian dijadikan  pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
a.       Kebutuhan filosogis kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar.
b.      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and securty) seperti terjaminya keamanan.
c.       Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara yang mau dicintai.
d.      Kebutuhan akan penghargaan  (esteem needs ) tehadap kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan dan kedudukan.
e.       Kebutuhan akan aktualisasi diri ( self actualization ) seperti mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki dan pengembangan diri secara maksimum[30].
6.      Teori keberadaan, Keterkaitan, dan pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERD) Aldefer. Teori ini merumuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga kelompok, yaitu
a.       Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.
b.      Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan.
c.       Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubung dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghergaan dan aktualisasi diri.
7.      Teori motivasi kesehatan Herzberg
Teori ini mendalilkan adanya beberapa faktor yang kalau tidak ada, menyebabkan ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa. Hal yang tidak memuaskan ia gambarkan sebagai faktor kesehatan dan hal yang memuaskan, ia gambarkan sebagai motivator.
8.      Teori X dan teori Y McGregor
Teori ini beranggapan bahwa manajer teori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki, dan oleh karena itu mereka cenderung menggunakan pendekatan “wortel dan tongkat” untuk menanganinya. Sedangkan manejer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain[31].

G.    Teknik-teknik motivasi dalam pembelajaran
Cara meningkatkan motivasi anak didik dalam pembelajaran diantaranya adalah:
1.      Pergunakan pujian verbal
Kata-kata seperti “baik”, “bagus”, “pekerjaanmu baik sekali”, yang diucapkan segera setelah anak didik selesai mengerjakan pekerjaan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
2.      Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana
Tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi anak didik. Anak didik belajar bahwa ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian memberikan tes dan nilai mempunyai dalam efek dalam memotivasi anak didik  untuk belajar.
3.      Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi
Di dalam diri anak didik ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu. Potensi ini dapat menumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu “eksplorasi”. Kebangkitan motivasi tak dapat dibendung bila di dalam diri anak sudah membara rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
4.      Melakukan hal yang luar biasa
Untuk tetap mendapatkan perhatian, sekali-kali guru dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya meminta anak didik melakukan penyusunan soal-soal tes, mecirita problem guru dalam belajar dimasa laluketika sedang sekolah seperti mereka.
5.      Merangsang hasrat anak didik
Hasrat anak didik perlu dirangsang dengan memberi kepada anak didik sedikit contoh hadiyah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar.
6.      Memanfaatkan apersepsi anak didik
Anak didik mudah menerima meteri pelajaran dengan mengasosiasikannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Dengan cara asosiasi, anak didik berusaha menghubungkan meteri pelajaran yang akan diserap dengan pengalaman yang telah dikuasai.
7.      Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa agar anak didik lebih terlibat dalam belajar.
8.      Pergunakan simulasi dan permainan
Kedua hal ini akan memotivasi anak didik, meningkatkan interaksi, menyajikan gambar-gambar yang jelas mengenai situasi kehidupan yang sebenarnya. Dan melibat anak didik dalam proses belajar.
9.      Perkecilkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap anak didik dari keterlibatannya dalam belajar, misalnya anak didik kehilangan harga diri, anak didik merasa ketidak nyaman dan sebagainya.
10.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum, hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum[32].

H.    Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu. Uno menjelaskan ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain
1.      Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguat belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan demikian motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
2.      Memperjelaskan tujuan belajar yang hendak dicapai
Peranan motivasi dalam memperjelaskan tujuan belajar erat kaitnya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3.      Menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan usaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkab seseorang tekun belajar. Sebaliknya jika seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar[33].
Menurut Agus Suprijono motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi yaitu:
1.      Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi bagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2.      Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang hendak dicapai.
3.      Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran[34].
Menurut Oemer Hamalik menjelaskan bahwa fungsi motivasi mendorong timbulnya kelukuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. Motivasi juga sebagai pengarah artinya mengarah perbuatan kepada pencapaian tujuan yang di inginkan, dan motivasi juga sebagai penggerak adalah berfungsi mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan[35].
Dorongan atau motivasi besar maknanya bagi perbuatan belajar seseorang, tanpa mendorong kekuatan belajar itu lemah. Bahkan mungkin lama sekali tidak dilakukan, sebab motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berdisiplin dan bekerja keras guna mencapai apa yang dicita-citakan. Seorang siswa akan memperoleh prestasi belajar secara optimal kalau ada motivasi. Karena motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para siswa.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Motivasi adalah suatu dorongan yang diberikan oleh orang lain untuk mencapai tujuannya. Motivasi yang ada dalam diri manusia yaitu suatu kemampuan atau faktor yang terdapat dalam diri manusia untuk menimbulkan, mengarahkan  dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu tindakan atau kondisi, dengan begitu motivasi dapat memberikan inspirasi agar seorang mau melakukan kegiatan. Dalam buku motivasi teori dan penelitian dijelaskan bahwa setiap makhluk hidup pasti akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan dan mereka memaknai kegiatan ini dengan dukungan dan dorongan yang menguatkan sehingga mereka akan merasa percaya diri untuk melakukan pekerjaan.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik-nya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar antara seorang guru dan siswa nya dan motivasi belajar setiap orang bisa jadi tidak sama. Kita harus mengetahui arti motivasi itu sendiri, agar kita dapat memahami arti dari motivasi itu sendiri dan dapat melaksanakannya dalam kehidpan kita. Jenis motivasi seperti apa yang kita butuhkan untuk membangkitkan agar kita termotivasi. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari dalam diri antara lain motivasi belajar.




DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu dan Supriyono, Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta, 1991.
B.Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara, 2011.
_________. teori Motivasi&Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara,2008.
Bahri Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Renika cipta, 2002.
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinarbaru Algesindo, 2003.
Hartina, Sitti. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: kencana, 2011.
Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya. Bandung: Angkasa, 1989.
Latifah, Eva. Pengantar  Psikologi Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Insan Madani. 2012.
Nurul Ain Hamsari & Azizi Yahaya, “Journal of Educational Psychology & Counseling”, Peranan Motivasi Pembelajaran, Gaya Keibubapaan Dan Sikap Dengan Pencapaian Akademik, (March 2012), 30-57.
Purwanto,  Ngalim. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.
Saefullah, Pesikologi perkembangan dan pendidikan. Bandung: CV pustaka Setia, 2012.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali, 1992.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1999.
Yuni Susanti, “learning motivation, competency, excellent services, Cooperative Script”, Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kompetensi Memberikan Layanan secara prima kepada pelanggan dengan metode pembelajaran cooperative scriptdi SMK karya Rini Yogyakarta”, (2013).
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan anak Remaja. Bandung: Rosda karya Remaja, 2003.



[1]  Ngalim Purwanto,  Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya., 2011), 60.
[2] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992),73.
[3] Hamzah B.Uno, teori Motivasi&Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara,2008), 23.
[4] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 163.
[5] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Remaja (Bandung: Rosda karya Remaja, 2003), 36.
[6] Sitti Hartina, pengembangan Peserta Didik (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), 134.
[7] Ahmadi, Abu dan Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Renika Cipta, 1991), 61.
[8] WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1999), 173.
[9]Saefullah, Pesikologi perkembangan dan pendidikan (Bandung: CV pustaka Setia, 2012), 291.
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Renika cipta, 2002), 114.
[11] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: kencana, 2011), 357.
[12] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar., 87.
[13] Djamarah, Psikologi Belajar., 115-116.
[14] Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya (Bandung: Angkasa, 1989), 239.
[15] Djamarah, Psikologi Belajar., 114.
[16] Jahja, Psikologi Perkembangan., 357.
[17] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar., 88.
[18] Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya., 239.
[19] Winkel, Psikologi Pengajaran., 174.
[20] Hartina, Pengembangan Peserta Didik., 136.
[21]Jahja, Psikologi Perkembangan.,  362-366.
[22] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.,  81.
[23] Hartina, pengembangan Peserta Didik., 134-135.
[24] Hamzah B.Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 23.
[25] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 52-53.
[26] Eva Latifah, Pengantar  Psikologi Pendidikan (Yogjakarta: Pustaka Insan Madani, 2012 ), 178-180.
[27] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), 113-116.
[28]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), 118.
[29]Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi aksara, 2011), 23.
[30] Ngalim Purwanto,  psikologi pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya., 2011), 74-77..
[31] Hamzah B.Uno, teori Motivasi&Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara,2008), 43-45.
[32] Djamarah, Psikologi Belajar.,137-140.
[33] Hamzah B.Uno, teori Motivasi&Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara,2008), 27-28.
[34] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 163-164.
[35] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinarbaru Algesindo, 2003), 175.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : MAKALAH MOTIVASI

  • makalah motivasiMOTIVASITugas Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Mata KuliahPsikologi PendidikanDosen Pengampu:Irfan Burhani, M. Psi Disusun Oleh:Sutriyo ...
  • MAKALAH HIV AIDS DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DAN BUDAYAHIV AIDS DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DANBUDAYADiajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:”ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR”.Dosen Pengampu: Ibrahim ...
  • Contoh Makalah LupaPENDAHULUANA. LatarBelakangHakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalaui aktivitas, praktik, dan pengalama ...
  • Perkembangan peserta didik A.    Pengertian Perkembangan peserta didik  Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan ...
  • makalah BAKAT UMUM“BAKAT UMUM”Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah“ Psikologi Pendidikan“             &nb ...

0 comments:

Post a Comment