BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua yakni awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam hingga tiba saatnya anak matang secara seksual.
Di dalam masa kanak-kanak awal memang ada beberapa tahap-tahapan perkembangan bahasa, oleh karena sebagai seorang pendidik harus mengerti bagaimana cara memperkembangkan peserta didik khususnya pada masa kanak-kanak awal.
B.Rumusan masalah
1.Apakah pengertian bahasa ?
2.Bagaimanakah periodesasi perkembangan?
a.Batasan usia pada masa kanak-kanak awal.
b.Ciri-ciri pada masa kanak-kanak awal.
c.Tugas perkembangan.
3.Teori apa saja yang bisa digunakan untuk perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal?
4.Bagaimanakah deskripsi perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bahasa
Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Dengan demikian bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di samping itu bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang.
Menurut Bloom dan Lahey (1978). penggunaan bahasa terdiri dari pilihan perilaku yang ditentukan secara sosial dan kognitif berdasarkan tujuan si penutur dan konteks situasinya. Kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa dalam konteks sosial juga disebut pragmatik. Pragmatik mencakup kaidah yang mengatur bagaimana kita berbicara dalam bermacam-macam situasi.
Bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan anak, karena mempunyai tujuan agar anak terampil berbahasa yang meliputi keterampilan menerima bahasa, keterampilan mengungkapkan bahasa untuk berinteraksi dengan lingkungan, kemampuan berbahasa anak dapat dikembangkan melalui kegiatan yang menyenangkan bagi anak sehingga anak dapat mengungkapkan ide-ide dan perasaan yang ada dalam dirinya.
Bahasa merupakan alat komunikasai utama bagi seseorang untuk berinteraksi antar sesama manusia dan juga untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran sesorang itu sendiri.
B.Periodesasi perkembangan
Menurut Orang Jawa Dengan menganut paham “hasta irama” sementara kalangan orang Jawa berpendapat bahwa setiap 8 tahun sekali terjadi perubahan pada kehidupan seseorang baik dalam aspek jasmani maupun kerohanian. Menurut paham ini periodesasi perkembangan seseorang adalah sebagai berikut :
a)Umur 0-8 tahun, disebut masa bayi dan masa kanak-kanak.
b)Umur 8-16 tahun, disebut masa kanak-kanak sampai pemuda.
c)Umur 16-24 tahun, disebut masa pemuda sampai masa dewasa.
Menurut Dr. Maria Montessori paham ini periodesasi perkembangan seseorang adalah sebagai berikut:
a) Usia 1-7 tahun, masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar melalui alat indra.
b) Usia 7-12 tahun, masa abstrak, dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan etisnya yang bersumber dari kata hatinya. Dia mulai tahu akan kebutuhanorang lain.
c) Usia 12-18 tahun, masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.
d) Usia 18-24 tahun, masa pndidikan diperguruan tinggi, masa untuk melatih anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir secara jernih, jauh dari perbuatan tercela.
Secara umum masa kanak-kanak awal yaitu 1-6 tahun masa dimana pada saat itu anak-anak sedang memperkembangkan kualitas dirinya melalui yang ada pada di sekitarnya.
1.Batasan usia pada masa kanak-kanak awal yaitu:
oAnak-anak awal (2 – 5 tahun)
oMasa pertengahan dan akhir anak-anak (6 tahun sampai hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual (puberitas).
2.Ciri-ciri pada masa kanak-kanak awal yaitu:
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (early childood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5, 11 bulan. Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan orang tua atau keluarga, namun masa anak ini, ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya. Pergaulan yang luas ini akan mengurangi kelekatan emosi dengan orang tua, mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, karena dalam pergaulan itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses pembuatan kompromi, adaptasi norma-norma sosial yang baru.
Masa anak-anak awal, masih ditandai dengan kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun dengan kelompok teman sebaya lainnya. Bahkan tak dipungkiri, kegiatan bermain ini masih dibawa sampai masa remaja maupun dewasa. Hanya karakteristik permainan tiap fase perkembangan berbeda-beda. Hal yang penting permainan pada masa anak-anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian, bermain juga berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.
3.Tugas perkembangan
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak sebaiknya dalam aktivitasnya anak-anak digabungkan dari berbagai usia. Harapannya adalah anak yang lebih tua dapat mencontohkan bahasa yang lebih kaya kepada anak yang lebih muda. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi. Untuk mensosialisasikan anak-anak pada dunia literasi (Musthafa, 2008: 5) menyebutkan bahwa cara yang paling penting adalah pemajanan pada dan/atau pelibatan dengan (1) artefak literasi dan kegunaan fungsionalnya, (2) pengalaman literasi, (3) berbagai peristiwa literasi, dan (4) beragam interaksi literasi. Lebih lanjut dijelaskan beberapa petunjuk dasar untuk pelaksanaan yang lebih sistematik yaitu:
a). Sediakan beragam artefak literasi untuk anak. Untuk mempromosikan kesadaran awal akan bacaan (print), dan untuk mendorong minat anak pada penjelajahan dunia mereka dan bereksperimen dengan bahasa mereka, artefak literasi (koran, buku anak, iklan, kertas, pensil, dan semacamnya) harus disediakan di sekitar dan dapat diakses oleh anak yang sedang belajar.
b). Demontrasikan beragam kegiatan literasi dan libatkan anak untuk mengalaminya. Perkembangan literasi tidak begitu saja terjadi. Anak-anak mungkin akan tertarik pada membaca dan menulis ketika mereka mengobservasi dan berpartisipasi dalam beragam aktivitas literasi degan para penulis dan pembaca yang lebih kompeten terutama dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
c). Demonstrasikan beragam peristiwa literasi dan libatkan anak-anak dalam peristiwa tersebut. Karena keterlibatan anak dalam peristiwa literasi akan turut meningkatkan apresiasi mereka akan pentingnya menjadi literat sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.
d). Demonstrasikan interaksi literasi dan libatkan anak-anak di dalamnya. Ketika orangtua membicarakan pengalaman sehari-hari mereka, disarankan orangtua melakukannya di dekat anak-anak dan melibatkan mereka di dalamnya. Atau, ketika orangtua dan anak-anak yang sedang belajar bercengkrama sambil membaca dongeng sebelum tidur. Interaksi literasi ini akan mempercepat dan memperkuat apresiasi dan pembelajaran literasi anak.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Lingkungan yang baik untuk pengembangan kemampuan berbahasa anak adalah lingkungan yang aktif ditempat anak berada, yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa. Hal ini dapat dilakukan oleh orang dewasa dengan meletakkan banyak kata-kata di lingkungan bermain anak. Di mana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong anak dalam mempelajari keaksaraan. Misalnya: kalau disekitarnya ada meja, dapat diberi tulisan “meja”, kalau di tempat bermain anak ada lemari maka di sana dapat dituliskan ”lemari” dan lain-lainnya. Orangtua dan pendidik yang aktif akan membawa lingkungan di luar anak yang kaya dengan bahasa ke dalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak.
Menurut Suyatno (2005: 14). Permainan dan belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat:
1. Menyingkirkan keseriusan yang menghambat.
2. Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar.
3. Mengajar orang / siswa terlibat penuh.
4. Meningkatkan proses belajar.
5. Membangun kreatifitas diri.
6. Mencapai tujuan dengan ketidak sadaran.
7. Meraih makna belajar melalui pengalaman.
8. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
C.Teori-teori Yang Digunakan Dalam Perkembangan Bahasa
1.pribumi Teori
Nativists berpendapat bahwa anak-anak memiliki keinginan bawaan untuk memahami dunia. Dengan dorongan alami mereka untuk menghadiri kata yang diucapkan dan memilah makna, anak-anak dapat menggunakan bahasa sebagai cara untuk memahami dunia mereka.
Waddington (1957) menjelaskan bahwa perilaku tertentu dipelajari dengan mudah atau disalurkan oleh anggota spesies. Perilaku ini disalurkan adalah genetik; anggota spesies siap untuk belajar mereka dengan sedikit usaha. Pada manusia, perilaku disalurkan termasuk belajar menggunakan alat-alat dan bahasa.
Noam Chomsky (1972) mengambil penjelasan pribumi sedikit lebih jauh. Dia mengusulkan bahwa ada perangkat akuisisi bahasa bawaan (LAD) di suatu tempat di otak yang memfasilitasi akuisisi bahasa. Karena anak-anak belajar bahasa sehingga mudah, namun tidak memiliki kemampuan mental untuk menganalisis aturan dan struktur bahasa logis, ia mengusulkan bahwa harus ada mekanisme yang memungkinkan anak-anak untuk memperoleh struktur bahasa alami. Siapapun yang telah mempelajari bahasa kedua memahami kesulitan menguasai kompleksitas tata bahasa, penggunaan, makna, dan urutan kata yang merupakan bagian dari sistem bahasa. LAD Meskipun Chomsky belum pernah ditemukan, secara umum diterima di kalangan para ahli bahwa otak datang tertanam untuk bahasa untuk mengembangkan dan makhluk biologis manusia diprogram untuk belajar bahasa (Bickerton, 1984; Pinker, 1994; Lust, Suner, & Whitman, 1994 , dan Slobin, 1985).
2.Teori Belajar Sosial
Jika anak-anak memiliki keinginan untuk belajar dan belajar yang datang tanpa kesulitan besar, adalah bahwa semua yang ada untuk pengembangan bahasa? Teori belajar sosial menjelaskan bahwa anak-anak meniru kata-kata dan pola bahasa yang mereka dengar dengan menonton dan mendengarkan model, pengasuh, dan anggota keluarga dalam kehidupan mereka (Bandura, 1989). Beberapa anak meniru kata-kata Jerman, yang lain meniru kata-kata Jepang, dan yang lain meniru kata-kata bahasa Inggris. Mereka mengulangi suara-suara yang dihargai dengan senyum dan pujian (dada dan mama) dan putus suara-suara yang tidak dihargai (ngaaw).
Namun penjelasan ini menciptakan masalah. Jika manusia hanya meniru apa yang orang lain di sekitar mereka telah mengatakan, apa yang menyumbang kemampuan untuk berbicara kalimat baru, membuat puisi asli, atau menulis lirik baru untuk lagu? Selain itu, jika manusia hanya meniru apa yang mereka dengar, tidak berarti bahwa mereka menghafal segala sesuatu yang mereka dengar dan kemudian ulangi kembali pada waktu yang tepat? Apakah anak-anak memiliki kemampuan menghafal yang jumlah besar bahasa?
Teori ini menjelaskan bahwasannya interaksi orang-orang yang ada disekitarnya sangat mempengaruhi pada anak-anak tersebut, karena mereka akan meniru apa saja yang diucapkan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.
3.interaksionis Teori
Para pendukung teori interaksionis berpendapat bahwa anak-anak membutuhkan lebih dari keinginan untuk berbicara, lebih dari LAD bawaan, dan lebih dari model untuk meniru. Interaksionis menunjukkan bahwa anak-anak perlu berinteraksi dengan orang lain (Bohannon & Bonvillian, 1997).
Seorang bayi yang normal lahir tuli dan bisu orang tua memberikan para ilmuwan kesempatan untuk mengamati upaya anak untuk belajar bahasa dalam lingkungan di mana interaksi bahasa lisan itu tidak mungkin. Bisa anak belajar bahasa dengan mendengarkan TV? Jika seorang anak hanya perlu model untuk meniru, ia harus bisa belajar berbicara dan memahami kata yang diucapkan dengan menonton TV. Jika seorang anak perlu berinteraksi (berbicara dan berbicara dengan), kemudian menonton TV tidak akan memungkinkan dia untuk belajar bahasa.
Teori ini menjelaskan bahwa orang tua harus mengajari anak-anaknya karena hanya berinteraksi disekitarnya saja tentu tidak cukup untuk membuat anak mampu berbicara, oleh karena itu orang tua harus mengajarinya supaya anak bisa berbicara dengan baik dan lancar.
Memang belajar bahasa tentunya tidak cukup hanya mendengarkan dari sekitarnya, karena bagaimana anak-anak bisa memahami bahasa tersebut kalau tidak ada yang memberikan pehaman pada anak tersebut dan juga tentunya orang tua juga harus mengajari anak-anak berbicara supaya bisa beriteraksi dengan sekitarnya.
D.Deskripsi Perkembangan Pada Masa Kanak-kanak Awal
Ditinjau dari perkembangannya, AUD (Anak Usia Dini) merupakan masa pertumbuhan yang paling penting karena menentukan masa perkembangan selanjutnya. Disebutkan Rahman (2002) bahwa masa AUD menempati posisi yang paling penting dalam perkembangan otaknya. Selanjutnya dinyatakan bahwa karena perkembangan otaknya tersebut usia 0-8 tahun disebut sebagai usia emas (golden age). Oleh karena itu, pendidikan AUD dirasa penting karena menentukan keberhasilah anak selanjutnya. Untuk melihat keberhasilan tersebut, antara lain dapat dilihat dari perkembangan penguasaan bahasanya yang dapat dilihat ketika anak berkomunikasi.
Dalam mempelajari bahasa, anak-anak menghadapi dua permasalahan.
Pertama, anak harus memetakan ide dan pengetahuan ke dalam proposisinya, sehingga anak bisa mengungkapkan makna melalui bahasa. Kedua, anak juga harus tahu bagaimana menyampaikan tujuan mereka (Clark dan Clark, 1977:296). Selanjutnya dinyatakan Clark dan Clark, bahwa permasalahan pertama berkaitan dengan tata bahasa dan permasalahan kedua berkaitan dengan tindak tutur. Pengetahuan tentang tata bahasa inilah yang memungkinkan penuturnya mampu membedakan antara kalimat gramatikal dan yang tidak gramatikal, karena komunikasi yang efektif membutuhkan lebih dari itu, yakni harus mampu menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks.
Sesuai dengan teori diatas memang anak mempunyai permasalahan penggunaan bahasa apabila orang tua tidak mendidiknya langsung karena disekitarnya sangat berpengaruh sekali. Perkembangan bahasa pada anak-anak juga ditentukan oleh lingkungan sekitarnya dan tergantung siapa yang mendidik anak tersebut.
Secara berangsur-angsur dan terus menerus Anak pada akhirnya memiliki pemahaman tentang perkembangan bahasa. Buktinya, mereka mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Pemahaman tentang perkembangan bahasa, bukan saja dalam bentuk bahasa secara lisan, namun mencakup empat keterampilan berbahasanya. Empat keterampilan berbahasa yang dimaksud meliputi menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis (menggambar). Ada tiga aspek bahasa yang secara langsung atau tidak langsung dipelajari anak. Ketiga aspek itu adalah aspek bunyi, struktur, dan kosakata.
Darjowidjojo (Tarigan dkk., 1998) mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Tangisan, bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan yang mefasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan berbahasa yang lebih sempurna. Bagi anak, celoteh merupakan semacam latihan untuk menguasai gerak artikulatoris (alat ucap).
Memang anak-anak membutuhkan tahap-tahap untuk bisa berbicara dengan baik dan benar tergantung yang ada disekitarnya dan juga seorang pendidik itu sendiri. Anak akan semakin cepat perkembang apabila anak-anak sering diajak mendengarkan/menonton film sekaligus sambil mengajari anak untuk belajar berbicara maka ia akan mendapatkan hasil yang maksimal, terkadang juga ada anak-anak yang belum mencapai usia 6 tahun dia sudah mempunyai banyak kosakata dan juga bisa berbicara dengan lancar walupun gramarnya belum sepenuhnya benar.
Adapun tahap-tahap yang harus dilalui oleh anak-anak pada masa awal yaitu:
a)Tahap Linguistik I : Tahap kalimat satu kata (tahap holofrastik).
b)Tahap Linguistik II : Tahap kalimat dua kata.
c)Tahap Linguistik III : Tahap pengembangan tata bahasa.
d)Tahap Linguistik IV : Tahap tata bahasa menjelang dewasa/prabahasa.
e)Tahap Linguistik V : Tahap Kompetensi Penuh
a.Tahap I, tahap holofrastik (tahap linguistik pertama).
Sejalan dengan perkembangan biologisnya, perkembangan kebahasaan anak mulai meningkat. Pada usia 1-2 tahun masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraan, perabot rumah tangga, jenis-jenis pekerjaan dsb. Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat mengucapkannya. Tahap ini adalah tahap dimana anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan (1985). Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. Contohnya: kata “asi “ (maksudnya nasi ) dapat berarti dia ingin makan nasi, dia sudah makan nasi,nasi ini tidak enak atau apakah ibu mau makan nasi? dsb.
Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun.Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun.
Di samping itu menurut Clark (1977). anak berumur 1 tahun menggunakan bahasa isyarat dengan lebih komunikatif. Fungsi gerak isyarat dan kata manfaatnya bagi anak itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak itu sama pentingnya bagi anak pada tahap holofrasa ini.
Ada pun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objek atau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata pertama yang biasanya dikuasi anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau maem (makan), dadah sambil malambaikan tangan, mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur). Kata-kata yang biasanya digunakan untuk bertanya adalah:apa, kenapa, sedangkan kata-kata perintah: sini, sana, lihat; dengan pengucapan yang tidak sama untuk tiap anak. Kata-kata yang digunakan untuk meminta adalah: lagi, mau, dan minta (ini pun dengan pengucapan yang berbeda untuk tiap anak).
b. Tahap Linguistik II: Kalimat Dua Kata
Seperti telah dijelaskan di atas, anak-anak telah memahami terlebih dahulu
kalimat-kalimat sebelum dia dapat mengucapkan satu kata. Jadi pemahaman lebih
dahulu daripada produksi bahasa. Tahap linguistik kedua ini biasanya mulai
menjelang hari ulang tahun kedua. Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan
pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. (Misal:mama masak, adik minum, papa pigi ayah pergi, baju kakak dsb).
Kemajuan anak yang awalnya memiliki 50 kata saat berusia 19 bulan menjadi 10.000 kata saat berusia 6 tahun, di tahun pertama sekolah, mempelajari 5,5 kata perhari. Panjangnya kata saat berusia 2 tahun menjadi kalimat kompleks yang terdiri dari beberapa kata, dengan klausa. Kemampuan verbal anak di usia prasekolah merupakan hal penting karena akan memprediksi IQ verbal anak dan kemampuan membaca di kelas 3 secara lebih baik dibandingkan pertumbuhan kosakata.
Percakapan orang dewasa dengan anak tidak hanya mengembangkan kemampuan, tetapi juga menyampaikan informasi mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, menghargai persoalan gender dan rasial, serta perilaku anak di masa lalu sehingga anak memiliki pemahaman atas biografinya.
c. Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa
Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yang lambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada umumnya pada tahap ini, anak-anak telah mulai menggunakan elemen-elemen tata bahasa yang lebih rumit, seperti: polapola kalimat sederhana, kata-kata tugas (di,ke,dari, ini, itu dsb.), penjamakan, pengimbuhan, terutama awalan dan akhiran yang mudah dan bentuknya sederhana (Hartati, 2000). Meskipun demikian, kalimat-kalimat yang dihasilkan anak masih seperti bentuk telegram atau dalam bahasa Inggrisnya “telegraphic utterances”(ucapan ucapan telegram) contoh: “ini adi nani, kan ?”
(adi maksudnya adik),”mama pigi ke pasar”, “nani mau mandi dulu”, dsb.
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Marat (1983) menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dari dua kata dan periode diferensiasi. Tahap ini pada umunya dialami oleh anak berusia sekitar 2 ½ tahun-5 tahun. Sebenarnya perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Hal ini bergantung pada perkembangan-perkembangan sebelumnya yang dialami oleh si anak. Umumnya pada tahap ini anak sudah mulai dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif memulai percakapan. Fase sebelumnya sampai tahap perkembangan 2 kata anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini pergaulan anak makin luas yang berarti menambah pengetahuan dan menambah perbendaharaan kata. Mereka dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya, teman yang lebih besar, orang dewasa, dapat menyimak radio dan televisi. Menurut Marat (1983). ada beberapa keterampilan mencolok yang dikuasai anak pada tahap ini:
Pada akhir periode ini secara garis besar anak telah menguasai bahasa
ibunya, artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa
telah dikuasai. Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian abstrak seperti:
pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang diinginkan mulai muncul. Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh:
minum,makan,masak,pergi,pulang,mandi),dan kata-kata benda
(buku,baju,gelas,nasi,susu) dan sudah dapat mempergunakan kata depan,
(di,ke,dari), kata ganti ( aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan,
mau,sudah dsb.).
d. Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang cepat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah ini:
-mau nonton sambil makan keripik
- aku di sini, kakak di sana
- mama beli sayur dan kerupuk
- ani lihat kakek dan nenek di jalan
- ayo nyanyi dan nari,
- kakak, adik dari mana
Dari contoh kalimat-kalimat di atas, tampak anak sudah “terampil” bercakapcakap. Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimatkalimat rumit di atas menandakan adanya peningkatan kemampuan kebahasaan anak.
Menurut Tarigan (1985) walaupun anak-anak sudah dianggap mampu menyusun kalimat kompleks, tetapi mereka masih membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan tersebut dalam hal menyusun kalimat, memilih kata dan imbuhan yang tepat. Untuk memperbaikinya mereka harus banyak berlatih bercakap-cakap dengan orang tua atau guru sebagai modelnya.
Pada tahap ini anak sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi suara. Walaupun mungkin Anda masih menemukan sebagian kecil anak yang tidak dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Sekali lagi orang tua dan guru sangatlah berperan untuk membantu anak memperkaya kosa kata. Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan bagaimana memetakan ide ke dalam bahasa. Maksudnya adalah Si Anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki ketebatasan-keterbatasan seperti: pengusaan struktur tata bahasa, kosa kata dan imbuhan. Pada tahap ini anak-anak sulit mengucapkan kata-kata yang tidak muncul dari hati nuraninya, tetapi pada dasarnya anak-anak senang mempelajari sesuatu. Lambat laun mereka dapat mempelajari bahwa jika bersalah mereka harus minta maaf dan mengucapkan terima kasih bila ditolong atau diberi sesuatu. Sebenarnya anak itu tidak mau mempergunakan kata-kata yang menurutnya tidak bermakna (Clark, 1997). Jadi jika kata-kata seperti maaf, terima kasih, nada bicara tertentu, dan lain-lain yang tidak difahami/ tidak ada artinya bagi mereka atau tidak penting bagi anak-anak, maka sulitlah bagi mereka untuk mengucapkannya. Di sinilah pentingnya peranan dan kesabaran orang tua, guru, atau pengasuh anak untuk membimbing dan memberi contoh penggunaan kata-kata yang fungsional, kontekstual dan menyenangkan bagi anak.
E. Tahap Linguistik V: Kompetensi penuh
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai.
Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus
berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan.
Berikutnya anak memasuki usia sekolah dasar. Selama periode ini, anak-anak
dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini dimungkinkan setelah anak-anak menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition. Bahasa yang diperoleh dalam hal ini adalah bahasa yang ditulis oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru atau penulis. Jadi anak mulai mengenal media lain pemerolehan bahasa yaitu tulisan, selain pemerolehan bahasa lisan pada masa awal kehidupannya.
Menurut Tarigan (1988) salah satu perluasan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah dasar adalah pengembangan baca tulis (melek huruf). Perkembangan baca tulis anak akan menunjang serta memperluas pengungkapan maksud-maksud pribadi Si Anak, misal melalui penulisan catatan harian, menulis surat, jadwal harian dsb. Dengan demikian perkembangan baca tulis di sekolah dasar memberikan cara-cara yang mantap menggunakan bahasa dalam komunikasi dengan orang lain dan juga dengan dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
bahasa memang suatu media untuk berkomunikasi, masa kanak-kanak awal memang suatu proses yang lama untuk bisa berbicara dengan lancar mulai dari usia 2-6 tahun.
Beberapa tugas dalam perkembangan.
1. Menyingkirkan keseriusan yang menghambat.
2. Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar.
3. Mengajar orang / siswa terlibat penuh.
4. Meningkatkan proses belajar.
5. Membangun kreatifitas diri.
6. Mencapai tujuan dengan ketidak sadaran.
7. Meraih makna belajar melalui pengalaman.
8. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
Adapun deskripsi perkembangan bahasa meliputi:
a.Tahap 1, tahap holofrastik (tahap linguistik pertama).
Sejalan dengan perkembangan biologisnya, perkembangan kebahasaan anak
mulai meningkat. Pada usia 1-2 tahun masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraan, perabot rumah tangga, jenis-jenis pekerjaan dsb.
b. Tahap ke 2, Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan
pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat Misal:mama masak, adik minum, papa pigi (ayah pergi, baju kakak dsb.
Ucapan-ucapan ini pun, mula-mula tidak jelas seperti”di “ maksudnya adik,
kemudian anak berhenti sejenak, lalu melanjutkan “num”maksudnya minum.
c. Tahap ke 3, Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yang lambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun.
d. Tahap ke 4, Tahap perkembangan bahasa anak yan cepat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit.
e. Tahap ke 5, Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai.
REFERENSI
Bloom, L.& Lahey, M., 1978. Language development and language disorders. New York, John Wiley & Sons. Hal. 1
Dra. Hamdanah HM, M.Ag,. Psikologi Perkembangan, Malang: Setara Press, Januari 2009,h. 2
Ahmadi,Abu, dkk, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Januari 2005, h.2
Dariyo Agoes, psikologi perkembangan (Bandung: Mengger Girang, 2007), 3
Suyatno.2005.Permainan Pendukung pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, h.5
Waddington, C.H. (1957).The strategy of the genes. London: Allen and Unwin, h.6
Bandura, A. (1989). Social cognitive theory. In R. Vasta (Ed.), Annals of child development: Six theories of child development(Vol. 6). Greenwich, CT: JAI Press, hal.7
Bohannon, J.N., III, & Bonvillian, J.D. (1997). Theoretical approaches to language acquisition. In J.K. Gleason (Ed.),The Development of Language(4th ed.), Boston:Allyn & Bacon, h.8
Tarigan dkk., Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Depdikbud, h.10
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa, h.11
Clark dan Clark. 1977. Psychology And Language. Harcount. Brace Jovanovich, Inc, h.11
Jane Brooks, the process of parenting (Yogyakarta: Celeban Timur Uh III/548, 2011), h. 12
Hartati, Tatat. 2000. Pemerolehan Imbuhan Siswa Sekolah Dasar Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung. Bandung. UPI, 13
Marat, Samsuniwiyati. 1983. Psikolinguistik. Bandung. Universitas Padjajaran, 13
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa, 14
Clark dan Clark. 1977. Psychology And Language. Harcount. Brace Jovanovich, Inc, 15
Tarigan, Henry Guntur 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung. Angkasa, 16
0 comments:
Post a Comment