Sunday, December 7, 2014

CONTOH MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA REMAJA

PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA REMAJA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK”
Dosen Pengampu :  Irfan Burhani,M.Psi

Oleh :
Suhaila Jehtae 932214413


KELAS : E
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah di panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Allah, taufiq dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah perkembangan peserta didik berjudul perkembangan emosi pada masa remaja. Makalah ini merupakan bahan atau sumber bacaan bagi para mahasiswa yang kuliah dibidang keguruan karena mereka merupakan calon guru yang harus menjadi guru yang professional dan makalah ini disusun sesuai dengan literatur yang ada.
Proses pembuatan makalah ini tidaklah sangat singkat melainkan melalui beberapa tahap yang harus dilakukan. kami mengucapkan banyak terima kasih kepada kakak tingkat yang telah membantu dan membimbing sehingga tugas ini bisa terselesaikan.
Kami  menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang relevan bagi penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.Semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi para pembacanya.


Kediri,Desember 2014

Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
B.  Rumusan Masalah
1.Apakah definisi perkembangan emosi pada masa remaja?
2.Bagaimana batasan periodisasi?
3.Apakah bentuk emosi pada masa remaja?
4.Apahkah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada masa remaja?
C.  Tujuan
1.Mengetahui definisi perkembangan emosi pada masa remaja.
2.Mengetahui batasan periodisasi.
3.Mengetahui bentuk emosi pada masa remaja.
4.Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada masa remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi perkembangan emosi pada masa remaja

1.   Definisi emosi

a.   Emosi adalah perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-perasaan tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut sebagai warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan seperti itu dinamakan emosi. Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa, benci. Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gelaja emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelasi batasnya. Pada suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tapi dapat pula disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh kerena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan. pengertian emosi adalah “ An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behavior.” Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.[1]
b.  Emosi adalah komponen paling penting dalam bahasan psikologi. Emosi masuk dalam komponen afektif manusia. Emosi merupakan pusat penggerak di samping motivasi, yang mendasari manusia bertingkah laku.Secara harfiah, emosi menurut Oxford English Dictionary sebagai suatu agitasi atau gangguan dalam pikiran, perasaan, nafsu; atau suatu keadaan ketergugahan mental. Mengemukakan bahwa emosi merupakan pengalaman atau perilaku yang tidak memiliki pengertian umum yang sama, setiap orang memiliki pandnagan tersendiri mengenai pengertian emosi dan fungsi emosi dalam perilaku manusia.[2]
c.   Menurut Mudjiran mendefinisikan emosi sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya.[3]


d.  Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia,yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun:
1.Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterga. Sebagai kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.
2.Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3.Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi akibad dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4.Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kuranganya rasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka mengetahuinya.
5.Siswa-siswa di SMP mulai mengamati orang tua guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (mahatahu).
Ciri-ciri emosi remaja usia 15-18 tahun:
1.“Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak kedewasa.
2.Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konfilik dengan orang tua mereka. Meraka mungkin mengharapkan simpati dan nasihat orang tua atau guru.
3.Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikiran masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.[4]

2.Definisi pada masa remaja
Remaja seringkali diartikan sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Anak remaja tidak termasuk golongan anak, tapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa. Remaja belum mampu menguaasi funsi fisik maupun psikisnya.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa.Pada masa ini remaja mengalami perkembangan  mencapai kematangan fisik,mental,social dan emosional.Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya.
  Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa, maka status remaja agak kabur,baik bagi dirinya mupun bagi lingkungannya.Conny Semiwan mengibaratkan : “terlalu besar untuk serbet,tetapi terlalu kecil untuk taplak meja” karena sudah bukan anak-anak lagi,tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi kedalam empat periode, yaitu : periode pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir.
Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana dipaparkan berikut ini.
1.  Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertasi sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar, responnya biasa berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.  Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata  ini, remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula meras terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdukikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi kerena adanya kecemasan terhadap dirinya sehingga muncul dengan reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3.  Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat menuju kea rah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat sekiternya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat seringkali juga menunjukan adanya kontradiksi antara nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang pula remaja mulai meragukan apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri.lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan alasan yamg masuk akal menurut mereka atau bahkan orang tua atau orang dewasa  menunjukkan perikaku yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
3.  Periode Akhir Remaja
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin labih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relative terkendali serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa  secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat.[5]

Papalia, Old dan Feldman menyebutkan mas remaja merupakan masaa transisi antara masa kanak-kank dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar baik secara fisik, kognitif maupun psikososial. Masa remja dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi).[6]
Biasanya, pada masa ini, individu seringkali menunujukkan tingkah laku yang sulit diatur, mudah terangsang, mudah emosional, dan berada dalam masa storm and stress (badai dan tekanan). Istilah ini muncul karena pada masa remaja, biasanya individu banyak mengalami konflik dalam dirinya dan dalam lingkungannya.[7]
Ciri-ciri kedeawsaan menurut, Dr. M.J. Langeveld antara lain:
1. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya
2. Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya
3. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terahdap masyarakat dimana ia berada
Sikap-sikap masa adolesen, yaitu:
1. Menemukan pribadinya
2. Menentukan cita-citanya
3. Menggariskan jalan hidupnya
4. Bertanggung jawab
5. Menghimpun norma-norma tersendiri.[8]
Remaja dalam arti adolescence (Inggris) memiliki makna tumbuh ke arah kematangan; kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial-psikologis. Hal ini sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat di mana remaja tersebut tinggal.[9]
4.Definisi Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa takut dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.
Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap.
Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu. Karena reaksi kita yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.
Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan, dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir.[10]
Menurut  pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak  dengan dunia luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut: “Saya rasa nanti sore akan  hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intese). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.[11]

Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan  dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Berlainan  dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar  gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.[12]


B. Batasan periodisasi
1. Periode Praremaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tanpa jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng tetapi juga cepat merasa senang, atau bahkan meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Pada periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak, adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meski belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat.
Menurut Zakiah Daradjat bahwa perilaku remaja tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. Perhatian kepada diri dan penampilannya berlebihan. Remaja puteri lebih memperhatikan penampilan daripada remaja putera, sedangkan sikap remaja putera terhadap lawan jenis biasanya aktif, dan sikapnya kepada teman-teman sejenis juga positif akibat kebutuhan akan penerimaan sosial dan kebebasan. Remaja memerlukan pengertian mendalam tentang kebutuhan, bakat, kapasitas diri, sikap perkembangan dan tuntutan masa remaja yang dilaluinya, dan ia juga ingin mengetahui bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis.
Berdasarkan karakteristik dan ciri-ciri perkembangan emosi remaja yang telah dikemukakan di atas, penulis berasumsi bahwa pada masa remaja emosinya belum stabil karena masih dalam tahap peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Perkembangan emosi remaja juga ditandai dengan perubahan fisik yang sejalan dengan ketertarikannya kepada lawan jenis, sehingga mulai memperhatikan penampilannya agar diperhatikan oleh orang lain.[13]

C. Bentuk emosi  perkembangan pada masa remaja
Secara tradisonal masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa mana ketagangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelanjar. Meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki ataupun perempuan) berada dibawah tekanan sosial dan mereka  menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian dari terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Pola emosi masa adalah sama denganpola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah penting. Untuk selanjutnya berikut ini dibahas beberapa kondisi emosional seperti: cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan danpermusuhan, ketakutan dan kecemasan.

a.Cinta/Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan  cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
b.Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.
c.Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Pertama, di antara emosi-emosi ini adalah cinta, di mana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Dalam upaya memahami remaja, ada 4 (empat) faktor yang sangat penting sehubungan rasa dengan rasa marah
1.Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
2.Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang bersikap di mana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi sisa kemarahan masa lalu.
3.Seringkali perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakaisebagai alat kemarahan.
4.Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan aspek yang sangatpenting dan juga paling sulit dipahami.

d.   Kemarahan dan Kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.[14]

D. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada masa remaja

Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan  emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam memengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menghapal memengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, remaja menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak memengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.

a.Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belejar ini lebih umum digunakan pada masa remaja awal dibanding masa sesudahnya.
b.Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, remaja bereaksi dangan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Remaja yang suka ribut atau merasa populer di kalangan teman-temannya biasanya akan marah bila mendapat teguran gurunya.
c.Belajar gengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d.Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menelar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengondisian semskin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
e.Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajakan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatiaan, anak-anak dirangsang untuk beraksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi menyenangkan dan dicegah agar tidak beraksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.[15]
Menurut Mohammad Ali, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja, yaitu  sebagai berikut:
1.Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.
2.Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada pola asuh menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.
3.Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intem serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Tujuan pembentukan kelompok dalam bentuk geng, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
4.Perubahan Pandangan Luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a.   Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
b.  Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
c.Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

5.Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Para guru disekolah merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan remaja karna selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Posisi guru semacam ini sangat srategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa dengan figur sebagai tokoh tersebut, guru memberikan ancaman-ancaman tertentu kepada peserta didiknya. Peristiwa tersebut dapat menambah permusuhan dari anak-anak setelah menginjak masa remaja. Cara-cara seperti ini akan memberikan stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak.[16]

Menurut Elida Prayitno remaja yang mengalami gangguan emosi akan menyebabkan mereka bertingkah laku nakal. Beberapa sebab gangguan emosi yang dialami remaja adalah sebagai berikut:
a.   Merasa kebutuhan fisik mereka tidak terpenuhi secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap nasib mereka sendiri.
b.   Merasa dibenci, disia-siakan dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang tua mereka sendiri.
c.  Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina, serta dipatahkan dari pada disokong, disayangi dan ditanggapi khususnya mengenai ide-ide mereka.
d.   Merasa tidak mampu atau bodoh
e.Merasa tidak senang terhadap kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis.
f.   Merasa menderita dan iri yang mendalam terhadap saudara-saudara kandung karena dibedakan dan diperlakukan secara tidak adil.[17]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal. Oleh karena itu  hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.
Secara tradisonal masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa mana ketagangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelanjar. Meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki ataupun perempuan) berada dibawah tekanan sosial dan mereka  menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian dari terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Pola emosi masa adalah sama denganpola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah penting. Untuk selanjutnya berikut ini dibahas beberapa kondisi emosional seperti: cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan danpermusuhan, ketakutan dan kecemasan.


DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta Didik). ( Bandung:CV PUSTAKA SETIA) Mei 2010.
Sunarto, H. dan B. Agung Hartono.PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. (Jakarta :PT RINEKA CIPTA).November 1999.
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kamus Oxford English Dictionary. 1997.

Dr. M.J. Langevelp. Ilmu Jiwa Perkembangan. Jemmars. Bandung.

Hoyer, W.J.,Rybash.J.M.,Roodin.P.A., Adult Development and Aging, 4th edition, San Fransisco:  Mc Graw Hill College. 1999.
Papalia, D. E., Ols, S.W., Feldman, R.D., Psikologi Perkembangan edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.
Sarwono. Psikolo Remaja. Jakarta: Raja Grafindo. 2002.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), 1998.
Willis, Sofyan. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta. 2005.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset. 1994.
Sobur, Alex. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia). 2003.
Asrori, M. Perkembangan Peserta Didik. Untan Press : Pontianak. 2008.
Ali, Mohammad. dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.
Mudjiran. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. 2007
Prayitno, Elida. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya. 2006
http://jurnal2253.blogspot.com/2011/08/emosi.html


[1] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta Didik),(Bandung:CV PUSTAKA SETIA),hal. 104-105
[2] Goleman, Daniel.. Emotional Intelligence. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama). 1997.
[3] Mudjiran. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.2007.
[4] H. Sunarto, B. Agung Hartono,. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA) November 1999.hal. 155-156
[5] M. Asrori Perkembangan Peserta Didik. (Untan Press : Pontianak),2008.hal.63-65.
[6] Papalia, D. E., Ols, S.W., Feldman, R.D. Psikologi Perkembangan edisi kesembilan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).2008.
[7] Sarwono, Psikolo Remaja. (Jakarta: Raja Grafindo),2002.
[8] Langevelp. M.J.  Ilmu Jiwa Perkembangan. Jemmars. Bandung.
[9] Hoyer, W.J.,Rybash.J.M.,Roodin.P.A. Adult Development and Aging, 4th edition, (San Fransisco:  Mc Graw Hill College), 2008.
[10]  Willis, Sofyan. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta), 2005.
[11] Alex Sobur. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia). 2003.
[12] Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), 1998.
[13] Zakiah Daradjat. Remaja Harapan dan Tantangan. (Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.), 1994.
[14] H. Sunarto, B. Agung Hartono, PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, (Jakarta :PT RINEKA CIPTA), November 1999.hal. 150-154
[15] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta Didik),( Bandung:CV PUSTAKA SETIA) Mei 2010.hal. 109-110.
[16] Mohammad Ali, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2011
[17] Elida Prayitno. Psikologi Perkembangan Remaja.(Padang: Angkasa Raya), 2006.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : CONTOH MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA REMAJA

  • makalah BAKAT UMUM“BAKAT UMUM”Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah“ Psikologi Pendidikan“             &nb ...
  • Contoh Makalah Perkembangan Sosial Kanak-kanak Usia DiniPerkembangan Sosial Kanak-kanak Usia DiniDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:“Perkembangan Peserta Didik”Dosen Pengampu: Drs. Moh. Irfan Burhani, M. PsiDisusun oleh ...
  • MAKALAH HIV AIDS DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DAN BUDAYAHIV AIDS DITINJAU DARI SEGI SOSIAL DANBUDAYADiajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:”ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR”.Dosen Pengampu: Ibrahim ...
  • MAKALAH SELF CONCEPT (KONSEP DIRI)SELF CONCEPT (KONSEP DIRI)Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah: Psikologi PendidikanDosen Pengampu:Moh. Irfan BurhaniDisusun Oleh:Eni Har ...
  • MAKALAH DEFINISI MINAT BELAJARBAB IPENDAHULUANA.    Latar Belakang Minat belajar adalah aspek spikologis seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala. Seperti : gairah, semang ...

0 comments:

Post a Comment