Sunday, December 21, 2014

Contoh Makalah SIkap 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah proses perubahan sikap. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
Oleh karena itu penulis akan membahas lebih spesifik lagi mengenai sikap.  Untuk itu dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian sikap, ciri-ciri sikap, faktor – faktor yang mempengaruhi sikap, teori- teori tentang  sikap dan pentingnya setiap individu mempunyai sikap yang baik dalam kehidupannya.  
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sikap ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari sikap ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tentang sikap ?
4. Apa saja macam-macam dari sikap ?
5. Sebutkan apa saja teori tentang sikap !
6. Bagaimana proses pembentukan dan perubahan sikap !
7. Pentingnya sikap dalam belajar ?

BAB II 
PEMBAHASAN 

2.1 Pengertian Sikap 
Pengertian sikap dari para ahli:
1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. 
2. Ahli lain di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian Shabran Tenrie mempunyai konsep lain tentang sikap, yaitu, ”sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.” 
3. Myers menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap. 
4. Saefudin Azwar, sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif. Kemudian para pakar psikologi mendisfungsikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dan formulasi sikap itu dikaitkan sebagai afek positif dan afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis. 
5. Ellis mengemukakan tentang sikap itu sebagai berikut: “Atittude involve some knowledge of situasion. However, the essential aspect of the atittude is found in the fact that some characteristic feeling or emotion is experienced, and as we would accordingly expect, some definite tendency to action is associated”.  Jadi menurur Ellis, yang sangat memegang peran penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi atau respon, atau kecenderungan untuk bereaksi. 
Jadi bisa dikatakan sikap adalah suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan sebagai penyesuaian diri terhadapa lingkungan disekitarnya atau sebagai respon terhadap stimulus yang terkondisi baik sesara negatif maupun positif.

2.1 Ciri-ciri sikap 
Sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembngan individu bersangkutan. Oleh karena sikap itu terbentuk atau dibentuk, maka sikap itu dapat dipelajari dan sikap itu dapat berubah. Walaupun demikian sikap itu mempunyai kecenderungan stabil, sekalipun sikap itu dapat mengalami perubahan. Sikap itu dibentuk ataupun dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu. Maka faktor pengalaman dalam pembentukan sikap itu penting. Sikap sebagai daya dorong berbeda dengan motif biologis yang juga sebagai daya dorong individu, karena motif biologis ada sejak individu dilahirkan.
2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu sikap selalu tebentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut. 
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecendrungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat adanya kecendrungan untuk menggeneralisasikan objek sikap. 
 4. Sikap  mengandung  aspek evaluatif  Sikap  akan  bertahan selama  obyek  sikap  masih menyenangkan seseorang,  tetapi kapan  obyek  sikap  dinilainya negatif  maka  sikap  akan berubah. Jadi tergantung bagaimana sikap itu muncul. 
5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku tertentu terhadap objek yang dihadapinya. Ciri-ciri diatas merupakan cirri-ciri sikap yang dapat digunakan untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia.  
Jadi bida dikatakan ciri-ciri atau karakteristik sikap adalah bukan bawaan dari lahir, sikap tidak dibawa sejak lahir karena tergantung bagaimana orang tua atau orang sekitar mengajarkan tentang sikap itu sendiri, jika lingkungan tersebut tidak baik maka perkembangan sikap anak tersebut juga akan tidak baik cenderung jelek. Sikap juga tergantung pada lingkungannya juga, apabila lingkungannya berubag maka sikap anak tersebut juga dapat berubah. Contoh kecil saja, sebelumnya anak kecil sopan sekali karena orang tua membiasakan sopan kepada orang tua, setelah anak tersebut sekolah dan mempunyai teman-teman baru. Tetapi teman-teman barunya mempunyai sikap yg tidak sopan terhadap orang tua (membangkang). Maka anak tersebut lamakelaman juga akan terpengaruh denganlingkungannya yang kyarng baik tersebut. 

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap
a. Pengalaman pribadi 
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 
b.  Pengaruh orang lain yang dianggap penting 
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

c. Pengaruh kebudayaan 
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama 
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral  dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. 
f.  Faktor Emosional 
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003), pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu : 
a.  Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi atau ditolak. 
b.  Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 
a.  Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan. 
b.  Karakter kepribadian individu 
c.  Informasi yang selama ini diterima individu  
 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang  berasal dari luar  individu dan faktor intrinsik yang berasal dari dalam individu. Yang sangat mempengaruhi setiap sikap anak didik tersebut.
2.4 Macam – macam Sikap
Menurut Suke Silverius (dalam Riyono, 2005:11), sikap meliputi lima tingkat kemampuan yaitu:
a. - Menerima (Receiving)
Tingkat ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam suatu fenomena atau stimulus khusus. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menanyakan, menyebutkan, mengikuti, dan menyeleksi.
b. - Menanggapi / Menjawab (Responding)
Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadapnya. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menjawab, berbuat, melakukan, dan menyenangi.


c. - Menilai (Valuing)
Tingkat ini berkenaan dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tingkai ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerimaan sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah membedakan, mempelajari, dan membaca.

2.5 Teori – Teori Tentang Sikap
Teori-Teori Sikap Beberapa teori sikap secara umum antara lain : 
1. Teori Belajar Menurut teori belajar yang dikemukakan Doob (1947) ia menyatakan bahwa prinsip-prinsip dari classical dan operant conditioning dapat digunakan dalam proses pembentukan dan perubahan sikap. Dari pandangan teori ini pembentukan ataupun perubahan sikap merupakan hasil dari proses belajar. Seperti dari percobaan Pavlov terhadap anjing.  
2. Teori Konsistensi Teori ini mengungkapkan bahwa individu cenderung berusaha untuk memelihara konsistensi antara sejumlah sikap yang dimiliki seseorang. Ada beberapa teori spesifik yang menekankan arti penting dalam konsistensi kognitif, antara lain: 
a. Teori keseimbangan Pada dasarnya teori ini berkaitan dengan bagaimana sikap kita berkenaan dengan orang – orang dan objek sikap yang konsisten. 
b. Teori disonansi kognitif Adalah keadaan internal yang tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dengan tingkah laku. Disonansi kognitif sebagai keadaan motivasional aversif yang terjadi saat beberapa perilaku yang kita lakukan tidak konsisten dengan sikap kita. Disonansi selalu muncul terutama jika sikap dan perilaku yang tak selaras itu adalah penting bagi diri kita (Aranson, 1968 ; Stone & Cooper, 2001). Fokus dari teori ini adalah individu, yang menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau struktur.
3. Teori Respon Kognitif Teori ini lebih menekankan pandangannya pada kenyataan bahwa penerima informasi mampu menggeneralisasikan pemikiran mengenai pemikiran yang masuk dalam pikiran mereka dan bukan sekedar memberikan reaksi semata terhadap informasi-informasi tersebut.  
Jadi, bisa dikatan 
2.4 Pentingnya Sikap Pada Anak
Sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar proses belajar siswa. Karena belajar akan terjadi secara optimal dalam diri siswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif.
Cara mengembangkan sikap belajar positif:
1. Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebaganya.
2. Hubungkan dengan pengalaman lampau.
3. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi , kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dll.
Sikap merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Seseorang akan mau dan tekun dalam belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap peserta didik. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang adalah sikap positif (menerima/suka)terhadap bahan atau mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru, yang mengajar, dan terhadap lingkungan belajar (kondisi kelas, teman-teman, sarana dan prasaana belajar, dan sebagainya).
Dalam proses belajar sikap berfungsi sebagai “Dynamic force” maksudnya sebagai kekuatan yang akan menggerakkan seseorang untuk belajar. Jadi siswa yang sikapnya negatif (menolak/tidak senang) terhadap materi atau guru tidak akan tergerak untuk belajar, sedangkan siswa yang memiliki sikap positif (menerima/suka) akan digerakkan oleh sikapnya yang positif itu untuk mau belajar. 

BAB III
KESIMPULAN
1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek – obyek tertentu.
2. Shabran Tenrie berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu obyek dengan cara tertentu.
3. .Myers menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap.
4. Saefudin Azwar, sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif. 
5. Menurut Ellis, yang sangat memegang peran penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi atau respon, atau kecenderungan untuk bereaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Tenrie, Shabran, Tesis Studi Koreasional Antara Kompensasi dan Sikap Guru Terhadap Tugas Dengan Disiplin Kerja Guru (Bekasi: Rajawali Press, 2005)
Sawarno, Wrawan Sarlito, Psikologi Social (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Saifudin, Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,        2002)
Robert S. Ellis, Educational psychology, A Problem Approach. D. Van Nostrard Company, Inc. Princeton, New Jersey, New York.
Anom, Psikologi belajar (Semarang: IKIP Semarang Press, 1989)
Azwar Saifuddin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
Sarwono, Sarlito W dan Eko A.Meinarno. 2011. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika 
Hudaniah, Dayakisni , Psikologi sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 2003)
Fattah, Hanurawan , Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 2001)
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1990)
Singer, Kurt, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah (Terjemahan) (Bandung: CV Remadja Karya, 1987)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Contoh Makalah SIkap 2

0 comments:

Post a Comment