Sunday, December 28, 2014

Contoh Makalah Sikap

BAB I
1.Latar Belakang
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan.
Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.
Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.
2.Rumusan Masalah
a.Apa definisi sikap?
b.Apa saja ciri-ciri sikap?
c.Faktor apa saja yang mempengaruhi sikap?
d.Apa saja teori sikap?
e.Apa macam-macam sikap?
f.Bagaimana peran sikap bagi proses pembelajaran?
BAB II
A.Definisi Sikap
La Pierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,tendensi atau kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk menyesuaikan dengan situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. 
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. 
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. 
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. 
B.Ciri-ciri Sikap
1)Sikap itu dipelajari (learnability) 
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif psikologi lainnya, misalnya: lapar, haus, nyeri adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap denga sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan. 

2)Sikap memiliki kesetabilan (stability) 
Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang – ulang.
3)Sikap bersifat Personal Societal Significance 
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman. 
4)Sikap Berisi Kognitif dan Affect
Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5)Sikap bersifat Approach – Avoidance Directionality 
Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya. 
Ciri–ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut: 
1)Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan – pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia. 
2)Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal references)
Merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan – pertimbangan individu. 
3)Sumber daya (resurces)
Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut. 
4)Sosial budaya (culture)
Sosial budaya berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek / stimulus tertentu. 
C.Faktor yang mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial: Faktor Indogen dan faktor Eksogen. 
Sementara itu Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut:
a)Faktor Indogen; faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan
b)Faktor Eksogen; faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah”.
Dari pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut:
a)Faktor Indogen: faktor sugesti, identifikasi, dan imitasi.
b)Faktor Eksogen: faktor yang berasal dari luar seperti lingkunga keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor yang mempengaruhi sikap sosial tersebut. .
1.Faktor Indogen
Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga faktor yaitu:
a.faktor sugesti
b.faktor identifikasi
c.faktor imitasi
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing faktor tersebut. 
a)Faktor Sugesti
Dalam buku Psikologi Kepribadian dijelaskan bahwa: “Sugesti adalah proses seorang individu didalam berusaha menerima tingkah laku maupun prilaku orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu”.  Sehubungan dengan hal ini pula dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Baik tidaknya sikap sosial anak dipengaruhi oleh sugestinya, artinya apakah individu tersebut mau menerima tingkah laku maupun prilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama”.  
Dari pendapat ahli tersebut diatas, dapat dikatakan sugesti dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang sedangkan anak yang tidak mampu bersugesti cenderung untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan orang lain dan sebagainya.
b) Faktor Identifikasi
Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau sesuai dengan dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi dalam bukunya Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Anak yang mengidentifikasikan dirinya dirinya seperti orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap sosial seseorang, seperti anak cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain yang mengalami suatu problema (permasalahan)”.  Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Anak yang menggangap keadaan dirinya seperti persoalan orang lain ataupun keadaan  orang lain seperti keadaan dirinya akan menunjukkan prilaku sikap sosial yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang sekitarnya, sedangkan anak yang tidak mau mengidentifika-sikan dirinya lebih cenderung menarik diri dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan keadaan orang lain”.  
Menurut pendapat ahli tersebut diatas jelaslah bahwa seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri dengan keadaan orang lain akan lebih mampu merasakan keadaan orang lain, daripada seorang anak yang tidak mau mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang cenderung mampu merasakan keadaan orang lain.
c)Faktor Imitasi
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Pada buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Sikap seseorang yang berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang”. Sedangkan ahli lain mengatakan pula bahwa: “Anak-anak yang meniru keadaan orang lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak mampu meniru keadaan orang lain”.   
Dari kedua pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain, apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
2.Faktor Eksogen 
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak dari luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa: ”Ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu:
a.faktor lingkungan keluarga
b.faktor lingkungan sekolah dan
c.faktor lingkungan masyarakat. 
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing faktor tersebut. 
a)Faktor Lingkungan Keluarga 
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak,  keluarga   merupakan lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga pulalah anak menerima pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya dapat mem-pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya”.
Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa keharmonisan dalam keluarga, anak yang mendapatkan kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam mempengaruhi timbulnya sikap sosial bagi anak-anaknya.
Sehubungan dengan hal ini pula dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Keluarga adalah bagian dari keperibadian anak sejak saat dilahirkan, pengaruh orangtua sangatlah besar, didikan orangtua yang terlallu keras, terlalu memberikan kebebasan akan mempengaruhi timbulnya permasalahan pada anak mudah merasakan keadaan orang lain”. 
Dari pendapat ahli tersebut diatas, jelaslah bahwa lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam membentuk sikap sosial seorang anak, apalagi dengan didikan orangtua yang penuh dengan kasih sayang, akan lebih mudah dalam membentuk sikap sosial pada anak.
b)Faktor Lingkungan Sekolah
Dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:    “Keadaan sekolah seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap sosial seorang siswa”.  Selanjutnaya dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Ada beberapa faktor lain disekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa yaitu tidak adanya disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk tidak berbuat hal-hal yang negatif ataupun tindakan yang menyimpang”. 
Dari kedua pendapat ahli diatas, maka faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa adalah cara penyajian materi, prilaku maupun sikap dari para gurunya, tidak adanya disiplin atau peraturan-peraturan sekolah yang betul-betul mengikat siswa.
c)Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para remaja sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya itu baik akan berarti sangat membantu didalam pembentukkan keperibadian dan mental seorang anak, begitu pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik akan berpengaruh kurang baik  pula terhadap sikap sosial  seorang anak, seperti tidak mau merasakan keadaan orang lain. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Lingkungan masyarakat yang bisa mempengaruhi timbulnya berbagai sikap sosial pada anak seperti cara bergaul yang kurang baik, cara menarik kawan-kawannya dan sebaginya”.  Selanjutnya dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Pergaulan sehari-hari yang kurang baik bisa mendatangkan sikap sosial yang kurang baik, begitu sebaliknya dimana suatu lingkungan masyarakat yang baik akan mendatangkan sikap sosial yang baik pula terhadap anak”. Dengan demikian dari uraian dan pendapat ahli tersebut diatas, maka lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukkan sikap sosial seorang anak, begitu pula sebaliknya lingkungan masyarakat yang kurang baik akan menimbulkan sikap sosial yang kurang baik pula terhadap anak. 
D.Teori Sikap
Ada beberapa teori yang membantu kita untuk memahami bagaimana sikap dibentuk dan bagaimana sikap dapat berubah. Teori – teori tersebut tidak selalu bertentangan satu sama lain.  Adapun teori – teori yang dimaksud yaitu :
1.Teori belajar
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Hovland dan rekannya. Asumsi di balik teori ini adalah bahwa proses pembentukan sikap sama seperti pembentukan kebiasaan. Orang mempelajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang berbeda – beda dan mereka juga mempelajari perasaan dan nilai yang diasosiasikan dengan fakta itu.
Teori ini banyak menggunakan prosedur classical conditioning (Arthur Staats). Menurut Staats, banyak sikap yang terbentuk secara classical conditioning. Keutamaan classical conditioning sebagai suatu mekanisme bagi pembentukan sikap terletak pada kenyataan bahwa melalui classical conditioning, individu akan dapat mempunyai reaksi – reakasi sikap yang kuat terhadap objek – objek sosial bahakn tanpa pengalaman langsung. Misalnya, seorang anak sejak kecil sudah diajari bahwa musik klasik adalah musik yang membosankan. Maka anak tersebut akan mengimplementasikan informasi yang diterimanya dan membentuk sebuah sikap secara tidak langsung terhadap musik klasik tersebut. Anak tersebut akan langsung menggambarkan musik klasik sebagai musik yang membosankan. Pemikiran ini terus berkembang sampai nanti anak tersebut dewasa. Musik klasik akan tetap menjad musik yang membosankan untuknya. 
 Proses belajar dasar juga berlaku untuk proses pembentukan sikap, yang dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :
a.Association (asosiasi), yaitu penghubung dalam memori antara stimulus yang saling berkaitan. Misalnya, guru sejarah menceritakan tentang peristwa G30S / PKI dengan nada marah dan penuh permusuhan, kita akan membuat asosiasi antara perasaan negatif dengan kata “PKI”.
b.Reinforcement (penguatan), yaitu proses yang dilakukan seseorang dalam belajar menunjukkan respons tertentu setelah ia diberi imbalan saat ia menunjukkan respons itu. Misalnya, saat kita mendapat nilai A pada mata kuliah Psikologi Sosial dan gembira karenanya, maka tindakan untuk mengikuti kelas psikologi sosial akan diperkuat, dan kita kemungkinan besar akan semakin tertarik untuk mendalami ilmu psikologi di masa mendatang, begitu pula sebaliknya.
c.Imitation (peniruan), yaitu bentuk belajar yang melibatkan pemikiran, perasaaan, atau perilaku dengan cara meniru pemikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Misalnya, anak – anak cenderung meniru sikap dan perilaku orang tuanya sewaktu kecil.
d.Message learning (belajar pesan), yaitu ide bahwa perubahan sikap tergantung pada proses belajar indvidu terhadap isi dari komunikasi.
e.Transfer of effect (transfer efek), yaitu mengubah sikap dengan memindahkan efek yang disosialisasikan dengan objek lain. Misalnya, mobil yang dipasangkan dengan wanita cantik akan membuat kita percaya bahwa mobil itu bagus dan memiliki mobil itu akan membuat kita mendapatkan penghargaan sosial. Dengan kata lain, orang mengtransfer perasaan atau afek yang mereka rasakan tentang satu objek ke objek lain.
2.Teori konsistensi kognitif
Teori ini berfokus pada keberadaaan sikap sesuai satu sama lainnya atau dengan sikap – sikap yang lain. Teori ini memandang manusia sebagai pemroses informasi yang aktif yang mencoba memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan berbuat dimana mereka secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk membuat kecocokan terhadap inkonsistensi yang bisa terjadi di antara dan dalam sikap – sikap. 
 Ada beberapa teori spesifik yang menekankan arti penting dalam konsistensi kognitif, antara lain:
a.Teori keseimbangan
Pada dasarnya teori ini berkaitan dengan bagaimana sikap kita berkenaan dengan orang – orang dan objek sikap yang konsisten. Teori ini melibatkan tiga elemen, yaitu : perceiver, orang lain, dan objek lain. Ketiga elemen tersebut membentuk suatu kesatuan, dimana elemen – elemen tersebut bisa membentuk suatu kombinasi yang menghasilkan hubungan seimbang / tidak seimbang. Kondisi yang tidak seimbang akan menimbulkan ketegangan (tension) dan timbullah tekanan yang mendorong untuk megubah organisasi kognitif sedemikian rupa sehingga tercipta keadaan seimbang.
b.Teori disonansi kognitif
Disonansi didefinisikan sebagai keadaan motivasional aversif yang terjadi saat beberapa perilaku yang kita lakukan tidak konsisten dengan sikap kita. Disonansi selalu muncul terutama jika sikap dan perilaku yang tak selaras itu adalah penting bagi diri kita.
Fokus dari teori ini adalah individu, yang menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau struktur. Terdapat dua elemen kognitif; dimana disonansi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menggangu logika dan pengharapan. Misalnya, seorang perokok yang mengerti bahwa merokok dapat mengakibatkan penyakit kanker. Kognisi : “saya seorang perokok” tidak sesuai dengan kognisi “merokok dapat mengakibtakan penyakit kanker”, karena itu membuat keadaan disonansi.
 Disonansi menghasilkan suatu ketegangan psikologis yang mendorong seseorang mengurangi disonansi tersebut. Pengurangan disonansi dapat melalui tiga cara, yaitu :
1)Mengubah elemen tingkah laku
Misalnya, seorang perokok yang mengetahui bahaya merokok yang dapat mengakibatkan penyakit kanker. Maka untuk menghilangkan disonansi, perokok itu berusaha tidak merokok lagi.
2)Mengubah elemen kognitif lingkungan
Misalnya, perokok itu meyakinkan teman – temannya / saudara – saudaranya bahwa merokok itu tidak akan mengakibatkan penyakit kanker.
3)Menambah elemen kognitif baru
Misalnya, mencari pendapat teman lain yang mendukung pendapat bahwa merokok tidak akan mengakibatkan penyakit kanker.
3.Teori persepsi diri
Teori ini berfokus pada individu yang mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.
Misalnya, seseorang yang awalnya tidak bisa memasak tapi ia memasak setiap ada kesempatan dan ia baru sadar kalau dirinya suka menyukai / hobi memasak.
4.Teori presentasi diri
Menurut teori ini, orang memiliki sutau kebutuhan untuk mengabsahkan aspek – aspek penting dari konsep dirinya, terutama jika konsep dirinya terancam. Teori ini secara aktif mengelola self – image atau kesan yang mereka berikan kepada orang lain.
5.Teori ekspektasi nilai
Teori ini mengasumsikan bahwa orang mengadopsi posisi (pandangan) berdasarkan penilaian pro dan kontra (untung – rugi), yakni berdasarkan nilai yang mereka berikan pada kemungkinan efeknya. Menurut teori ini, dalam pengadopsian sikap, orang cenderung memaksimalkan penggunaan subjektif atas berbagai hasil yang diperkirakan, yang merupakan produk dari nilai hasil tertentu dan pengharapan (ekspetandi) bahwa posisi ini akan menimbulkan hasil yang bagus itu. Misalnya, Anda akan menentukan apakah Anda akan mendatangi pesta teman Anda nanti malam atau belajar di rumah. Anda mungkin memikirkan berbagai macam akibat atau kegiatan jika pergi ke pesta, nilai tentang akibat itu, dan pengharapan tentang akibat atau hasil itu.
Ringkasnya, teori ekspetansi nilai melihat pada keseimbangan insentif dan memprediksikan bahwa dalam situasi di mana ada tujuan yang saling bertentangan, orang akan memilih posisi yang memaksimalkan keuntungan buat mereka. Teori ini mengasumsikan bahwa orang adalah pembuat keputusan yang penuh perhitungan, aktif, dan rasional. 
E.Macam-macam Sikap
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap-sikap tersebut di bentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia adalah besar, sebab apabila sudah di bentuk pada diri manusia, maka sikap-sikap itu akan turut menentukan cara-cara bertingkah laku terhadap obyek-obyek sikapnya. Adanya sikap-sikap menyebabkan bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. 
Maka dari itu sikap dibedakan dalam :
a.Sikap Sosial
Dalam buku psikologi karya Gerungan. DIPL-Psych, attitude sosial pernah dirumuskan sebagai berikut : 
“Suatu attitude sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap onyek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkahlaku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu obyek sosial, dan biasanya attitude sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja, tetapi juga oleh orang-orang lain yang sekelompok atau semasyarakat”. 
Sikap sosial itu sebelumnya selalu didahului oleh suatu cara kelompok orang yang mana antara orang yang satu dengan yang lainnya saling mengadakan hubungan sehingga timbullah sikap sosial. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan yang ada pada orang lain. karena sejak lahir manusia sudah mempunyai keinginan pokok yaitu untuk hidup bermasyarakat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Soerjono Soekamto, yaitu :
a)Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat)
b)Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. 
Agar manusia dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, maka manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Manusia mampu untuk hidup berkelompok dan di dalam kelompok itu akan mengakibatkan timbulnya sikap sosial sebagai suatu yang dipegangi. 
Sikap sosial juga menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap obyek sosial. Oleh karena itu sikap sosial merupakan suatu faktor penggerak di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu, sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama yaitu merupakan salah satu penggerak intern di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu. 
b.Sikap individual
Sikap individual adalah sikap yang khusus yang terdapat pada satu-satu orang terhadap obyek-obyek yang menjadi perhatian orang-orang yang bersangkutan saja.  Memang dilihat dari namanya saja individual, yaitu perseorangan, maka sikap ini hanyalah dimiliki oleh seseorang. Apabila beberapa orang dihadapkan pada satu obyek sikap yang sama maka orang tadi dapat disatukan. Sebaliknya apabila beberapa orang dihadapkan pada satu obyek sikap yang berbeda maka orang tadi tidak dapat disatukan. Apalagi seseorang tadi dari suatu lingkungan yang jauh berbeda. Ini sudah barang tentu sikapnya akan berbeda pula. 
Attitude individual berbeda dengan attitude sosial, sebagaimana terdapat dalam buku psikologi sosial, yaitu :
a)Bahwa attitude individual dimiliki oleh seseorang saja, misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu.
b)Bahwa attitude individual berkenaan dengan obyek-obyek yang bukan merupakan obyek perhatian sosial. 
Disamping ada sikap sosial dan sikap individual, maka sikap itu juga ada yang berisikap menuju kepada kebaikan dan ada juga yang bersikap untuk menuju kepada keburukan. Dalam hal ini pada pokoknya sikap dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
d.Sikap yang bersifat positif
Mengenai sikap yang bersifat positif, maka tindakan yang ditampakkan oleh seseorang dalam berbuat adalah cenderung berbuat yang mendekati, menyenangkan, mengharapkan obyek tertentu. Ini mengandung arti bahwa orang itu selalu menerima dan mengakui terhadap obyek yang ada dan orang tadi tetap tidak akan menolak.
e.Sikap yang bersifat negatif
Mengenai sikap yang bersifat negatif, maka tindakan yang ditampakkan oleh seseorang dalam terbuat adalah cenderung berbuat untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu. Jadi sikap yang bersifat negatif itu selalu menjauhi, menolak dan kadang-kadang sampai membenci terhadap obyek tertentu. 
F.Peran Sikap bagi proses pembelajaran
Sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar proses belajar siswa. Karena belajar akan terjadi secara optimal dalam diri siswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif.
Cara mengembangkan sikap belajar positif:
1.Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebaganya.
2.Hubungkan dengan pengalaman lampau.
3.Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4.Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi , kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dll.
Sikap merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Seseorang akan mau dan tekun dalam belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap peserta didik. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang adalah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan/mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru, yang mengajar, dan terhadap lingkungan belajar (kondisi kelas, teman-teman, sarana dan prasaana belajar, dan sebagainya).
Dalam proses belajar sikap berfungsi sebagai “Dynamic force” maksudnya sebagai kekuatan yang akan menggerakkan seseorang untuk belajar. Jadi siswa yang sikapnya negatif (menolak/tidak senang) terhadap materi atau guru tidak akan tergerak untuk belajar, sedangkan siswa yang memiliki sikap positif (menerima/suka) akan digerakkan oleh sikapnya yang positif itu untuk mau belajar.



BAB III
Kesimpulan
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial: Faktor Indogen dan faktor Eksogen.
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap-sikap tersebut di bentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia adalah besar, sebab apabila sudah di bentuk pada diri manusia, maka sikap-sikap itu akan turut menentukan cara-cara bertingkah laku terhadap obyek-obyek sikapnya. 
Sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar proses belajar siswa. Karena belajar akan terjadi secara optimal dalam diri siswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Ali, Mohammad dan Asrori, Muhammad. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Alisuf, Sabri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Pendoman Ilmu Jaya, 1996.
Bimo, Walgito. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi, 2002.
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Esti Wuryani Djiwandono, Sri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia, 2004.
Gerungan. Dipl. Op. Cit,
Hadori, Nawawi. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung, 2000.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Purwanto, Heri. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC, 1998.
Saifuddin, Azwar. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2000.
Saifuddin, Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Sarlito Wirawan, Sarwono. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi, 1997.
Singer, Kurt. Membina Hasrat Belajar Di Sekolah. Bandung: CV Remadja Karya, 1987.
Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:  CV. Rajawali, 1982.
Soetjipto dan Sjaefieoden. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta: Gunung Agung, 1994.
Surya Brata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2002.
Syamsuddin M, Abin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Contoh Makalah Sikap

0 comments:

Post a Comment