Sunday, December 7, 2014

makalah motivasi

MOTIVASI
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Irfan Burhani, M. Psi
Disusun Oleh:
Sutriyono                 (932100813)
Kelas: A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dewasa ini sering kita lihat banyak anak-anak yang mengalami kemunduran dan kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar adalah kurangnya motivasi. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian jika sebuah motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali. Dan pada makalah ini, akan dibahas tentang motivasi dan macam-macam teori motivasi.
1.2  Rumusan Masalah
Meninjau dari latar belakang di atas maka dapat dirumaskan beberapa pokok permasalahan tentang motivasi.
a.       Pengertian Motivasi
b.      Ciri-ciri Motivasi
c.       Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi
1.      Faktor yang mempengaruhi
2.      Faktor yang dipengaruhi
d.      Teori Motivasi
e.       Macam-macam motivasi
f.       Fungsi atau peran motivasi dalam belajar


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif”untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.[1] Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan. Kata “motif”,diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Motivasi juga bisa dikatakan sebagai sesuatu yang menghidupkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Motivasi membuat seseorang bergerak, dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.[2]
2.      Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.[3]
3.      Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.[4]
4.      Prof. Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.[5]
5.      Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.[6]
6.      Ngalim Purwanto berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.[7]
7.      Menurut Hamzah B.Uno motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.[8]

B.     Ciri-ciri Motivasi
Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi diantaranya:[9]
1.      Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).
2.      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3.      Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4.      Lebih senang belajar mandiri.
5.      Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).
6.      Sering mencari dan memecahkan soal-soal.
7.      Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.
8.      Dapat mempertahankan pendapatnya.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri tersebut akan menjadi penting dengan motivasi yang kuat siswa akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis.
C.     Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi
a.       Faktor yang mempengaruhi
Dalam dunia pendidikan motivasi belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Menurut Noehi Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.[10]
Menurut Dimyati dan Mudjiono ada beberapa factor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:[11]
1.      Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Citacita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2.      Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.
3.      Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena malam harinya bergadang atau juga sakit.
4.      Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi unsur-unsur yang mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam belajar.
5.      Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.
6.      Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa.

  1. Faktor yang dipengaruhi
1.      Memberi angka
Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari kegiatan belajar siswa. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan stimulus-stimulus (rangsangan-rangsangan) kepada siswa untuk mempertahankan atau lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.      Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lainsebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Hadiah yang diberikan kepada orang lain dapat berupa apa saja sesuai dengan keinginan pemberi. Biasanyadisesuikan prestasi yang dicapai oleh seseorang. Hadiah dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3.      Saingan/kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi agarsiswa terdorong untuk belajar. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untukmenjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Hal ini yangmemegang peranan penting yaitu metode mengajar. Jika kondisi tersebutterbentuk maka setiap siswa telah terlihat dalam kompetisi untukmenguasai bahan ajar yang diberikan.
4.      Pujian
Pujian dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian yaitu bentuk penguatan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Gurudapat memberikan pujian kepada siswa karena keberhasilannya dalammengerjakan suatu pekerjaan. Namun, pujian yang diberikan harus tepatdan jangan berlebihan.
5.      Memberi ulangan
Ulangan dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Karena siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar ketiaka menghadapi ulangan.Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agarlebih rajin belajar. Oleh karena itu ulangan akan menjadi alat motivasiyang dapat dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yangsistematis dan terencana.
D.    Teori Motivasi
1.      Teori Motivasi Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow (1954) Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow.  Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.  Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).


a.    Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
b.    Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
c.    Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
d.   Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.[12]
2.      Teori achievement Mc Clelland
Menurut  Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:[13]
a.    Need for achievement (kebutuhan akan prestasi dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil).
b.    Need for afiliation keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow).
c.    Need for Power kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya (dorongan untuk mengatur).
3.      Teori X dan Y Douglass Mc Gregor
Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan.  Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.[14]
Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X.
a.    Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
b.    Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c.    Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
d.   Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
a.    Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
b.    Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
c.    Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. 
d.   Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
4.      Teori Motivasi Herzberg
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).[15]


5.      Teori Motivasi Clayton Alderfer

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.[16]

6.      Teori Motivasi Vroom

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:[17]
a.    Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
b.    Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
c.    Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
7.      Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang telah dilakukan dengan hasil yang diperoleh (nilai). Hal ini berarti jika seorang siswa mempunyai persepsi bahwa hasil yang diterimanya tidak memadai, ada dua kemungkinan dapat terjadi:
a.    Seorang akan berusaha memperoleh hasil yang lebih besar, atau
b.    Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu:
a.       Harapan tentang tingginya hasil (nilai), yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti kehadiran, melaksanakan tugas, presentasi tugas, dan keaktifan dikelas.
b.      Hasil (nilai) orang lain yang memiliki kualifikasi sama dengan siswa.
c.       Hasil (nilai) siswa instansi pendidikan lain dikawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.
d.      Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai tingkat dan jenis nilai yang merupakan hak para siswa.

E.     Macam-Macam Motivasi

Para ahli psikologi berusaha menggolongkan motivasi yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan yaitu:

1.    Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik ialah suatu aktivitas/kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam hal ini menurut Syaiful Bahri (2002) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[18] Jenis motivasi ini menurut Uzer Usman timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.[19]

2.         Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik terjadi jika individu melakukan sesuatu karena alasan-alasan eksternal seperti ingin menyenangkan orang lain (guru, orangtua) atau untuk menghindari hukuman.[20]Sumadi Suryabrata berpendapat, bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.[21]Menurut A.M. Sardiman (2005) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.[22]

Namun demikian, motivasi intrinsiklah yang akan bertahan lama dalam diri seseorang dalam jangka panjang. Motivasi intrinsik akan mendorong mereka memahami dan menerapkan apa yang telah dipelajari, serta menjaga keinginan mereka untuk terus membaca dan belajar tentang berbagai hal bahkan setelah mereka lulus sekolah. Jadi motivasi intrinsiklah lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik karena motivasi intrinsik bersifat langgeng. Perbedaan esensial antara kedua jenis motivasi ini adalah alasan siswa untuk bertindak, artinya (letak penyebab) tindakkannya internal atau eksternal.

 

F.      Fungsi atau peran motivasi dalam belajar

Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga dalam dunia pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Peserta didik harus mempunyai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar terutama dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah (2002) ada tiga fungsi motivasi:
  1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
  2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
  3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.[23]
Menurut Hamalik (2003) fungsi motivasi adalah :
  1. Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.[24]

Dari pendapat para ahli yang menjelaskan tentang fungsi motivasi tersebut dapat dipahami bahwa motivasi mempunyai arti yang sangat penting bagi seseorang atau peserta didik yakni sebagai pendorong timbulnya suatu aktivitas penggerak dan sebagai penyeleksi untuk melakukan suatu pekerjaan. Jika motivasi dalam belajar itu baik  maka akan melahirkan hasil belajar yang baik pula dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik.
Seorang guru bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal supaya mendapat hasil yang baik, keberhasilan itu tentu tergantung pada upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Untuk dapat membangkitkan motivasi peserta didik diperlukan keahlian, maka seorang guru harus terus dapat membangkitkan motivasi peserta didiknya dengan cara dan waktu serta kondisi yang tepat.
Motivasi juga memengaruhi pembelajaran dan perilaku melalui beberapa proses yaitu sebagai berikut: motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu, motivasi meningkatkan usaha dan energi, motivasi meningkatkan prakarsa dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas, motivasi memengaruhi proses-proses kognitif, motivasi menentukan konsekuensi mana yang memberi penguatan dan menghukum, motivasi sering meningkatkan performa.
Maka dalam hal ini faktor yang penting adalah taktik atau strategi yang pas dalam mempelajari materi yang berbeda-beda. Hal tersebut tidak selalu benar, Artinya, motivasi memang sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar. Namun perlu diingat, motivasi menjadi kurang berarti tanpa disertai penggunaan strategi-strategi yang sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang yang terjadi jika suatu motif telah dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai. Sedangkan motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif tidak dapat dilihat begitusaja dari perilaku seseorang karena motif tidak selalu seperti yang tampak, bahkankadang-kadang berlawanan dari yang tampak. Dari tujuan-tujuan yang tidak selalu disadari ini, kita dipaksa menghadapi seluruh persoalan motivasi yang tidak disadari itu.
 Karena teori motivasi yang sehat tidak membenarkan pengabaian terhadap kehidupan tidak sadar. Dari banyaknya pandangan yang berbeda mengenai motivasi yang mungkin dikarenakanoleh penggunaan metode observasi yang berbeda-beda, studi tentang berbagai kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda, dan sebagainya, terdapat model tentang motivasiyang digeneralisasi yang mempersatukan berbagai teori yang ada.Ada macam-macam motivasi dalam satu perilaku.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar. Suatu perbuatan atau keinginan yang disadari dan hanya mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa.Karena suatu keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsi sebagai penyalur untuk tujuan-tujuan lainnya. Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan ”hasil pekerjaan” seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku.




DAFTAR PUSTAKA
            Tadjab MA , Ilmu Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994.
Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989.
            Heinz Kcok, Saya Guru Yang Baik, Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1985.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Ngalim, Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Noehi Nasution, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Maslow. (Inggris) A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row, 1954.
Mc Clelland, D.C. (Inggris), The Achieving Society, New York: Van Nostrand Reindhold, 1961.
McGregor, D. The Human Side Of Enterprise, New York: McGraw-Hill, 1960.
Graen, G. (1966). Addendum to “An empirical test of the Herzberg two-factor theory.” Journal of Applied Psychology, 50(6).
Clayton Alderfer, Existence, relatedness, and growth: human needs in organizational settings, (University of California: Free Press, 1972)
Vroom, V.H. Work and Motivation. New York, NY: John Wiley and Sons, 1964.  Reprinted Malabar, FL: Krieger Publishing Company, 1982.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta,2002.
Moh Uzar Usman,  Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2012.
Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1993.
Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2003.


           



[1] Tadjab MA , Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 101.
[2] Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,1990), 73.
[3]Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989),  95.
[4] Heinz Kcok, Saya Guru Yang Baik,(Yogyakarta: Kanisius, 1991), 69.
[5] Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum, (Surabaya : Usaha Nasional, 1985), 165.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002), 136.
[7] Ngalim, Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 70-71.
[8] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 3.
[9] Sardiman, op.cit., 82-83.
[10] Noehi Nasution, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993),  8.
[11] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 89-92.
[12] Maslow. (Inggris) A. Motivation and Personality. (New York: Harper & Row, 1954), 57-67.
[13]Mc Clelland, D.C. (Inggris), The Achieving Society, (New York: Van Nostrand Reindhold, 1961), 63-73.
[14] McGregor, D. The Human Side Of Enterprise, (New York: McGraw-Hill, 1960)
[15] Graen, G. (1966). Addendum to “An empirical test of the Herzberg two-factor theory.” Journal
of Applied Psychology, 50(6), 551-555.
[16] Clayton Alderfer, Existence, relatedness, and growth: human needs in organizational settings, (University of California: Free Press, 1972)
[17] Vroom, V.H. Work and Motivation. New York, NY: John Wiley and Sons, 1964.  Reprinted Malabar, FL: Krieger Publishing Company, 1982.
[18] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2002),115.
[19] Moh Uzar Usman,  Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 29.
[20] Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2012), 175.
[21] Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 72.
[22] Ibid,. 90.
[23] DjamarahSyaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), 123.
[24] OemarHamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung:Bumi Aksara, 2003), 161.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : makalah motivasi

  • makalah BAKAT UMUM“BAKAT UMUM”Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah“ Psikologi Pendidikan“             &nb ...
  • Contoh Makalah SIkap 2BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yan ...
  • Contoh makalah HARGA DIRI (SELF ESTEEM)HARGA DIRI(SELF ESTEEM)Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKANDosen Pengampu :Drs. Mohammad Irfan Burhani, M. PsiDisusun Ole ...
  • Contoh Makalah Minat BelajarBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Minat belajar adalah aspek spikologis seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala. Seperti : gairah, semangat, keinginan ...
  • Resume Psikologi AgresiNAMA     :  ALVIN NUR MUHAMMAD AZYZKELAS   :  PSIKOLOGI ISLAM ANIM         :  933 400 214MAPEL  :  PSIKOLOGI ...

0 comments:

Post a Comment