PENGERTIAN TENTANG PROGESSIVISME, PERENNIALISME, ESENSIALISME, REKONTRUKSIONISME
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
“Filsafat Pendidikan”
Dosen pengampu “Dr. H. Syamsul Huda, M. Ag.
Disusun oleh:
YUVIKA BINTI MUFIDAH
(932124013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2014
A.PENDAHULUAN
Aliran progessivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam semua realita, terutama dalam jehidupan adalah tetap survive terhadap semua rintangan tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dan segi keagungannya.
Progessivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Essensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradapan umat manusia. Essensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progessivisme. Perbedaan yang utama adalah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas.
Di aman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perennialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarah ke pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh tersebut.
Aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekontruksionisme, pada prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut yaitu aliran rekontruksionisme dan perennialisme, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran dan kesimpang siuran.
B.PEMBAHASAN
1.progessivisme.
Progessivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progesivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam dan empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi. Dengan pemilikan kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik akan terampil membuat keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakat serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Progessivisme berkembang dalam permulaan abad 20 ini terutama di Amerika Serikat. Progessivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas.
Pandangan-pandangan progessivisme dianggap sebagai “the liberal road to culture”. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran, dan bersikap terbuka. Dan liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman.
Pandangan Progessivisme Terhadap Pendidikan
Progessivisme menganggap pendidikan sebagai cultural transition. Ini berarti bahwa pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang makin kiompleks dan menantang. Pendidikan adalah lembaga yang mampu membina manusia untuk menyesuaikan diri denga perubahan-perubahan kultural dan tantangan-tantangan zaman, demi survive-nya manusia. Progessivisme juga percaya bahwa pendidikan dapat menolong manusia dalam menghadapi periode transisi antara zaman tradisional yang sisa yang segera berakhir, untuk siap memasuki zaman progessif (modern) yang segera kita masuki.
Progessivisme mempunyai ciri utama, yakni mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan skill dan kekuatan sendiri. Dan dengan kemampuan itu manusia dapat memecahkan semua problemanya secara inteligen, dengan inteligensi aktif. Dan dalam makna ini, maka arti liberal diatas berarti menghormati martabat manusia, menghormati harga manusia sebagai subyek di dalam hidupnya.
Latar Belakang Aliran Progessivisme.
Progessivisme sebagai ajaran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai (1) negative and diagnostic yang berarti : bersikap anti terhadap otoritarianisme dan abad lutisme dalam segala bentuk baik yang kuno maupun yang modern, yang meliputi seua bidang kehidupan terutama : agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan. Dan ciri kedua (2) positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi-potensi alamiah.
2. Perennialisme.
Perennialisme dengan kata dasarnya perenial, yang berarti continuing throughout the whole year atau lasting for a very long time, yakni abadi atau kekal yang terus ada tanpa akhir.
Dalam pengertiannya yang lebih umum dapat dikatakan bahwa tradisi dipandang juga sebagai prinsip-prinsip yang abadi yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ia adalah anugerah Tuhan pada semua manusia dan memang merupakan hakikat insaniah manusia.
Esensi aliran ini yaitu menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perennialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau. Dalam pengertian bernostalgia dan sekedar mengingat-ingat kembali pola kehidupan masa lalu, tetapi untuk membina kembali keyakinan akan nilai-nilai asasi masa silam untuk menghadapi problematika kehidupan manusia saat sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan dimana pun.
Pandangan Perennialisme tentang pendidikan
Robert M. Hutchins, menyimpulkan bahwa tugas pokok pendidikan adalah pengajaran. Pengajaran menunjukkan pengetahuan sedangkan pengetahuan itu sendiri adalah kebenaran. Kebenaran pada setiap manusia adalah sama, oleh karena itu dimanapun dan kapanpun ia akan selalu sama. Para perennialis memandang, bahwa tuntutan tertinggi dalam belajar adalah latihan dan disiplin mental. Guru digambarkan sebagai tenaga ahli yang memiliki otoritas keilmuan tertentu, yang secara niscaya selalu siap membimbing dan membantu subjek-subjek didiknya agar memiliki intelektual dan spiritual yang memadai untuk menghadapi problema kehidupannya.
3.Esensialisme.
Pengertian esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di sisi lainnya.
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradapan umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berada dengan progesivisme. Perbedaan yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Esensialisme kerap diungkap sebagai reaksi kedua terhadap progessivisme tahun 1930-an dengan alasan yang hampir sama dengan kalangan perenialis, kalangan esensialis menilai praktik progessivisme telah melahirkan pendidikan yang gagal, terutama karena upaya progessivisme di dalam menjadikan pendidikan sebagai usaha belajar tanpa penderitaan. Sebagai aliran yang berbeda dengan kontra-progessivisme, esensialisme tentu saja berbeda dengan progessivisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
a.Pandangan Esensialisme tentang Pendidikan
Pendidikan yang didasari pada nilai-nilai yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan ambivalen dan tidak memiliki arah dan orientasi yang jelas. Oleh karena itu, agar pendidikan memiliki tujuan yang jelas dan kukuh diperlukan nilai-nilai yang kukuh yang akan mendatangkan kestabilan. Untuk itu perlu dipilih nilai-nilai yang mempunyai tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu.
Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Dengan mengambil landasan piker tersebut, belajar dapat di definisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual .
Seorang filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah rohani yang pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu yang diatur oleh alam. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas.
4.Rekontruksionisme
Rekontruksionisme adalah sebuah aliran yang berupaya merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Pandangan rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the school build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.
Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
Tujuan Pendidikan
1.Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2.Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3.Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
KESIMPULAN
progesivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir mereka secara menyeluruh. Progessivisme mempunyai ciri utama, yakni mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan skill dan kekuatan sendiri.
Perennialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau. untuk membina kembali keyakinan akan nilai-nilai asasi masa silam untuk menghadapi problematika kehidupan manusia saat sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan dimana pun.
esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di sisi lainnya. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme.
Daftar Pustaka
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme.html
Muhmidayeli, 2011.Filsafat Pendidikan. Bandung : PT Refika Aditama.
Noor Syam.1987. M. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Gandhi Wansa,Teguh. 2011. Filsafat Pendidikan Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.html.
0 comments:
Post a Comment