POSITIVISME
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “FILSAFAT UMUM”
Dosen Pengampu:
Drs. H. Samsul Huda, M. Ag
Oleh:
Yuana Antika(932212412)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2014
A.Latar Belakang
Kemunculan positivism tidak bisa dilepaskan dari iklim cultural yang memungkinkan berkembangnya gerakan untuk menerapkan cara kerja sains dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Iklim cultural tersebut di timbulkan oleh Revolusi Industri di Inggris abad ke 18 yang menimbulkan gelombang optimism akan kemajuan umat manusia berdasarkan keberhasilan teknologi industry. Positivism mengistirahatkan filsafat dari kerja spekulatifnya mencari-cari hakikat ontologism maupun metafisis yang dijalaninya selama ribuan tahun. Menurut positivism, filsafat tidak punya kerja lain selain cara kerja sains, filsafat bertugas menemukan prinsip-prinsip umum yang sama untuk semua ilmu dan menggunakan prinsip tersebut sebagai pemandu untuk perilaku manusia serta dasar untuk mengatur sosial masyarakat. Positivis meyakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila menghargai sains dan teknologi. Dengan kata lain aliran ini sangat menjunjung tinggi kedudukan sains dan sangat optimis dengan peran sosialnya yang dapat dimainkan bagi kesejahteraan manusia. Slogan positivistic yang terkenal berbunyi “ savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir” yang artinya “dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi munculaksi”.
Positivism dibidani oleh dua pemikir Prancis, yaitu Henri Saint Simon (1760-1825) dan muridnya August Comte (1798-1857).Meskipun Henri lah yang pertama kali menggunakan kata positivism namun August Comte lah yang mempopulerkannya, yang akhirnya berkembang menjadi filsafat ilmu yang begitu pervasive mendominasi wacana filsafat ilmu pada abad 20. August comte adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi. August comte yakin bahwa sosiologi adalah study ilmiah terhadap masyarakat. Hal itu berarti masyarakat harus dipandang sebagai realitas yang terpisah dari subjek peneliti dan berjalan seperti halnya alam yang deterministic. Oleh karenanya sosiologi sering disebut dengan istilah fisikasosio.
Positivism Comte tidak bisa lepas dari reaksinya terhadap Revolusi Prancis dan pencerahan yang ia yakini sebagai penyebab utama revolusi tersebut. Ia amat terganggu oleh anarkisme yang mewarnai masyarakat pada masa itu dan bersikap kritis pada pemikir prancis yang melahirkan pencerahan, yang kemudian dilanjutkan oleh revolusisosial. Comte kemudian mengembangkan positivism untuk melawan yang ia yakini sebagai filsafat negative dan destruktif dari para pemikir pencerahan yang dikatakannya belum bisa melepaskan diri dari khayalan-khayalan metafisika. Yang sehingga Comte dan pemikir-pemikir Prancis lainnya membuat barisan kontrarevolusioner yang bersikap kritis pada proyek pencerahan .
B.Pembahasan
Positivism merupakan aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Positivism adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Comte meyakini bahwa pengetahuan positive ilmiah adalah pengetahuan yang pasti, nyata dan berguna. Karena ia juga meyakini bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui manusia hanyalah yang tertangkap panca indera. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa positivism menekankan pada sains atau ilmu posif sebagai puncak perkembangan manusia, keyakinan para positivis tersebut di dasarkan pada teori Comte tentang tiga tahap perkembangan sejarah, yaitu :
a.Tahapteologis, yakni manusia memahami gejala-gejala alam sebagai hasil tindakan langsung dari kekuatan ilahi.
b.Tahapmetafisis, yakni pada tahap ini pelaku ilahi yang personal diganti oleh prinsip-prinsip metafisika berupa kekuatan abstract seperti “nature”.
c.Tahap positive ilmiah, pada tahap ini manusia berhenti mencari penyebab absolute, baik Tuhan maupun “nature” serta mulai berkonsentrasi pada observasi dunia sosial dan fisik baik mencari hukum-hukum yang mengatur mereka. Dengan kata lain tahap ini diwarnai oleh keyakinan yang cukup besar pada sains dan teknologi.
Tokoh-tokoh yang menganut paham positivism
1.August comte (1798-1857)
Seorang filsuf yang memiliki nama lengkap Isidore Marrie Auguste Francois Xavier Comte, ia adalah keturunan seorang bangsawan Prancis yang beragama katolik. Diantara teman-temannya August Comte adalah seorang yang keras kepala dan suka memberontak. Ia memulai kariernya dengan memberi les matematika. Meskipun demikian fokusnya bukanlah pada bidang matematika melainkan pada masalah kemanusiaan dan sosial. Pada tahun 1844 setelah ia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang berjudul“ Clothilde Course of Positive Philosofy” ia bertemu gadis muda yang ia yakini bahwa gadis ini adalah gadis luar biasa. Dimana pada saat itu ia telah ditinggal suaminya dan menjalin hubungan dengan Comte. Sayangnya hubungan ini tidak berlangsung lama karena gadis ini mengidap TBC dan meninggal dunia. Setelah kepergiannya Comte berjanji akan mengabdikan dirinya pada masyarakat. Pemikiran ini sesuai dengan paham yang di anutnya yaitu altruism. Hubungan antara altruism dengan positivism tidak lain adalah keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivism hanya dapat dicapai jika semua orang dapat menerima altruism sebagai prinsip dalam tindakan mereka.
2.John Stuart Mill (1806-1873)
Ia adalah filosof Inggris yang menggunakan system positivism pada ilmu jiwa, logika dan kesusilaan. Menurut john stuart psikologi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat karena menurutnya filsafat positivism berlandaskan psikologi. Dan satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan.
3.H. Taine (1828-1893)
Jika john stuart menggunakan positivism pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan tidak jauh berbeda dengan H. Taine yang mendasari positivism pada ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.
4.Emile Durkhein (1852-1917)
Sedangkan Emile Durkhein menganggap positivism sebagai asas sosiologi.
Cirri-ciriPositivisme
Ciri-ciriPositivismeantara lain :
1.Objektif / bebasnilai, maksudnya hanya melalui fakta-fakta yang teramati-terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
2.Fenomenalisme pada poin ini ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas impresi-impresi.
3.Nominalisme bagi positivism hanya konsep yang mewakili realitas partukularlah yang nyata.
4.Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat di amati.
5.Naturalism, membahas tentang keteraturan peristiwa alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural.
6.Mekanisme, bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (system-sistemmekanis).
C.Kesimpulan
Dari pemaparan tentang positivism di atas dapat ditarik kesimpulan:
1.Latar belakang munculnya aliran positivism adalah Revolusi Industri di Inggris abad ke 18 yang menimbulkan gelombang optimism akan kemajuan umat manusia berdasarkan keberhasilan teknologi industry.
2.Positivism adalah aliran yang menjunjung tinggi sains dan ilmu ilmiah.
3.Tokoh-tokoh yang berpaham positivism antaranya August Comte, John Stuart, H. Taine, dan Emile Durkhein.
4.Cirri-ciri positivism antara lain:
-Objective
-Fenomenalisme
-Nominalisme
-Reduksionisme
-Natyralisme
-Mekanisme
REFERENSI
1.Adian, Donny Gahral. Percik Pemikiran Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra, 2001
2.Atom, “Positivisme”, http://farihinocean.blogspot.com/2012/04/positivisme-tokoh-tokoh-positivisme.html, diaksestanggal 31 Oktober 2014.
0 comments:
Post a Comment