Friday, May 6, 2016

Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia
Adanya perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman Babylonia (kurang lebih 650 SM) dimana orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan, bahkan percaya adanya banyak dewa.

Manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba membuat jawaban sendiri. Misalnya apakah pelangi itu ? mereka tidak dapat menjawabnya. Maka, mereka mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Lalu timbullah pengetahuan baru yaitu bidadari. Dengan rasa ingin tahu manusia mampu mengembangkan pola pikir manusia secara luas. Manusia sebagai mahluk yang mempunyai hakekat rasa ingin tahu, mempunyai ciri-ciri :
  1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
  2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
  3. Memberikan tanggapan terhadap  rangsangan dari dalam dan dari luar.
  4. Memiliki potensi berkembang biak.
  5. Tumbuh dan bergerak.
  6. Berinteraksi dengan lingkunganna.
  7. Mati.
B.Faktor-faktor Proses Perkembangan Pola Pikir Manuisa
Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

1.Rasa Ingin Tahu
Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap  pengaruh lingkungan  yang merugikan. Akan tetapi adanya akal budi itu  juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putu asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa :
  1. Penyelidikan langsung
  2. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain ataupun 
  3. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.

Ada yang ingin tahu bagaimana kebudayaan nenek moyang kita, ada yang ingin mengetahui cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah kependudukan dewasa ini, ada pula yang ingin menemukan cara yang paling efektif untuk mengajarkan IAD. Tiap individu atau kelompok individu mempunyai rasa ingin tahu yang kuat untuk berbagai bidang sedangkan untuk bidang-bidang lain, rasa ingin tahunya agak lemah atau bahkan sama sekali tidak ada. Rasa ingin tahu dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungan.

Jadi, rasa ingin tahu tiap manusia pada tiap saat belum tentu sama kuat, demikian pula kelompok fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah menurut keadaan. Tidak mungkin setiap individu mempunyai rasa ingin tahu yang sama kuat terhadap segala fenomena yang terjadi dalam alam.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menumbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam, membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahun manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan. Manusia merupakan makhluk yang berakal serta mempunyai derajat yang tertinggi jika dibandingan dengan hewan atau makhluk lainya.
  • Rasa ingin tahu menyebabkan alam pikiran manusia berkembang, ada 2 macam perkembangan yaitu: Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini. Pada zaman purba manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki, terbit dan berbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir,hujan daan pelangi.
  • Perkembangan alam pkiran manusia sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya. Alam pikiran seorang bayi yang baru lahir mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya lalu mereka bertanya kepada siapapun dengan demikian alam pikiran anak menjadi berkembang pesat.
Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam seperti rasa ingin tahu. Sebab ekstern semacam itu dapat menimbulkan perkembangan alam pikiran manusia tetapi hasil itu biasanya tidak tahan lama. Tidak seperti perkembangan yang disebabkan oleh rasa ingin tahu. Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu.

2.Mitos
manusia berusaha memenuhi kebutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung itu sedang marah”. 

Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.
Bagaimana sesungguhnya proses berfikir pada manusia?  Jika kita telah lebih lanjut akan kita dapati bahwa   untuk   dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen,   diantaranya :
  1. Fakta, manusia membutuhkan fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya.
  2. Indera, untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat melihat, meraba, pendengaran, dan indera  yang lainnya.
  3. Otak, merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap  fakta yang diserap.
  4. Informasi Sebelumnya, tanpa informasi manusia tidak dapat untuk  memahami fakta yang sedang dihadapinya.

Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan pola pikir manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:

1.Tahap teologi atau tahap fiktif
tahap dimana manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan. Mitos menurut C.A van peursen adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang, dsb. Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia juga lambang kejahtan dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahap teologi ini manusia menemukan identitas dirinya, manusia sebagai subjek yang masih terbuka dikelilingi oleh objek yaitu alam sehingga manusia mudah sekali dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang realita dengan indranya sehingga manusia dan alam melebur jadi satu.

Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian alam sekitarnya dapat menanggapi daya kekuatan alam sekitarnya. Contoh gunung api meletus hebat, menimbulkan gempa bumi, mengeluarkan lahar panas dan awan panas sehingga menimbulkan banyak peubahan manusia, juga merusak daerah tempat tinggal dan persahan penduduk. Mausia pada tahap teologi (meurut A.Comte) atau pada tahap mitos (C.A. Van Peursen) belum dapat melihat realita ini dengan indranya, manusia belum dapat mengetahui dan menagkap peristiwa dalam objek dengan alam pikerannya, maka manusia berangaapan bahwa dewa yang dianggap sakti sedang murka.

2.Tahap filsafat atau tahap metafisika
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.

3.Tahap positif atau riil
Tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Selanjutnya berdasarkan kemampuan berfikir  manusia  yang  semakin maju dan perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda semakin ditinggalkan orang, dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.

3.Penalaran Pola Pikir Manusia
Penalaran Deduktif
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Dengan demikian , mitos makin kurang disukai dan hanya untuk memberikan keterangan pada anaka kecil kalau kita terlalu malas untuk memberikan keterangan ilmiah yang lengkap atau kalau kita mengganggap bahwa anak itu masih terlalu kecil untuk dapat mencernakan keterangan yang benar. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan, kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor.  Sebuah kesimpulan atau yang disebut konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut. 

Penalaran Induktif 
Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umumdari pengamatan atas gejala-gejala yang khusus. Misalnya, pada pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum, bahwa semua logam jika dipanasi akan bertambah panjang. 

Dengan penalaran induktif ini makin lama dapat disusun pernytaan yang lebih umum lagi dan makin bersifat fundamental. Contohnya hewan dapat bernafas,manusia dapat bernafas. Dapat didimpulkan bahwa semua makhluk hidup dapat bernafas. Dengan cara ini dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami gejala yang beraneka ragam. 

Namun demikian, ternyata pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum dapat diandalkan kebenarannya. Sekumpulan fakta belum tentu bersifat konsisten atau mungkin bersifat kontradiktif.demikian pula fakta yang Nampak berkaitan belum dapat menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis. 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang hanya diperoleh dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indra. Oleh karena itu, himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.

Terdapat 7 sumber kekuatan yang mempengaruhi proses berpikir manusia:
  1. Orang Tua, Dari orang tua lah kita belajar tentang kata-kata, gerakan tubuh, perilaku, norma, keyakinan agama, prinsip, dan nilai-nilai luhur. Orang Tua adalah tutor atau guru kita yang pertama di dunia, merekalah yang membentuk pola pikir kita untuk yang pertama kalinya.
  2. Keluarga, Setelah orang tua kita akan dikenalkan dengan dunia lain yaitu keluarga, dari merekalah kita akan menangkap informasi dan pola pikir yang lain, yang fungsinya untuk melengkapi pola pikir yang telah kita peroleh dari orang tua.
  3. Masyarakat, Dunia lain yang akan dikenal adalah lingkungan masyarakat sekitar, dengan semakin bertambahnya informasi dan disatukan dengan apa yang telah kita dapat akan membuat proses pembentukan pikiran kita menjadi semakin kuat.
  4. Sekolah, Sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran seseorang, peraturan-peraturan yang diterapkan sekolah maupun perilaku dan sikap guru dapat memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada.
  5. Teman, Berteman merupakan aktualisasi diri yang pertama dalam kehidupan, karena dalam suatu pertemanan, kita yang menentukan pilihan akan berteman dengan siapa, tidak ada larangan dalam menentukan dengan siapa kita akan berteman.
  6. Media Massa, Adanya unsur pengidolaan pada suatu tontonan dapat menimbulkan peniruan-peniruan oleh seseorang baik itu yang sifatnya negatif maupun yang positif. Contohnya pola pakaian seorang artis akan ditiru oleh fans nya.
  7. Diri sendiri, Inilah faktor penentu dari suatu pola pikir, baik buruknya suatu pengaruh kitalah yang akan menentukan apakah kita akan menjadi pribadi yang buruk atau kita akan memilih menjadi pribadi yang baik.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

0 comments:

Post a Comment