Teori-Teori Psikologi Sosial yang Berhubungan dengan Perilaku Pembunuhan
Teori adalah serangkaian hipotesa atau proposisi yang saling berhubungan tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala. Untuk menyusun teori diperlukan data atau fakta dari suatu pengalaman. Tetapi tidak semua data bisa digunakan untuk penyusunan teori, melainkan yang hanya memenuhi syarat. Syarat yang utama adalah data-data tersebut berasal dari suatu eksperimen atau dengan kata lain dari suatu pengamatan dalam suatu situasi. Teori yang tepat yang berhubungan dengan tindak kejahatan pembunuhan, yaitu :
a. Teori Belajar Sosial & Tiruan Dari Dollar & Miller
Menurut Dolllar & Millar ada 4 prinsip dari belajar , yaitu dorongan (drive), isyarat (cute), tingkah laku–balas (response) dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling kait-mengait dan dapat dipertukarkan, atau dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya.
Dorongan adalah rangsang yang kuat untuk mendorong organisme (manusia, hewan) untuk bertingkah laku. Isyarat adalah rangsang yang menentukan bila dan dimana tingkah laku akan timbul dan tingkah laku balas apa yang akan terjadi. Mengenai tingkah laku-balas Dollar & Miller berpendapat bahwa organisme mempunyai bawaan hierarki dari tingkah laku. Ganjaran menurut Dollar & Millar adalah rangsang yang menetapkan apakah suatu tingkah laku–balas akan diulang atau tidak dalam kesempatan lain.
Teori diatas sesuai dengan jurnal yang berjudul “Atribusi Kausal pada wanita pelaku pembunuhan”, yang mana tindak pembunuhan mereka memenuhi 4 prinsip belajar Dollar & Miller, yaitu pertama dorongan, yang mana ketiga subjek mempunyai dorongan untuk membunuh korbannya karena emosi mereka. Responden S membunuh suaminya karena kesal terhadap suaminya yang over protective, L membunuh suaminya karena terdorong rasa ketakutannya apabila suaminya mengetahui akan perselingkuhannya. Sedangkan K dikarenakan dorongan merasa tidak aman karena korbannya berteriak ketika dirampok. Kedua isyarat (cute). Ketiga pelaku pembunuhan tersebut juga karena adanya isyarat. Responden S dan L karena adanya isyarat berupa hasutan dari teman laki-lakinya sedangkan responden K takut dikarenakan korban berteriak ketika dirampok. Mengenai tingkah laku-balas, pada responden pertama berinisial S karena suaminya over protective sehingga ia kesal lalu membunuhnya, responden L membunuh suaminya karena suaminya mempunyai penyakit diabetes sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan biologisnya kemudian ia berselingkuh, karena takut diketaui suaminya ia membunuh. Yang ketiga responden K ketika merampok lalu korbannya berteriak sehingga dia membunuh korbannya. Terakhir adalah ganjaran, ketiga responden paham ketika mereka membunuh pasti ada hukumannya namun karena emosi merekalah yang menyebabkan ketiga responden tidak berfikir panjang tentang efek yang mereka dapatkan setelah membunuh seperti masuk penjara.
b. Teori Lapangan (Field Theory)
Dalam teori lapangan yang dikemukakan oleh Lewin ini berciri khas bahwa teori ini menggunakan metode konstruktif atau bisa disebut dengan metode genetic (metode klasifikasi). Dalam teori ini Lewin menjelaskan bahwa obyek studi dalam teori ini adalah tingkah laku yang dinamis yaitu obyek yang dikaji tersebut berdasarkan hubungan antara obyek yang satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan metode konstruktif dapat dilihat penyebab dari tingkahlaku yang ditimbulkan seseorang.
Pada kasus didalam jurnal penelitian psikologi yang berjudul “Mengapa Seseorang Mau Menjadi Seorang Pembunuh” sesuai dengan teori ini. Lewin menganalisis tingkahlaku individu dengan melihat dari beberapa prinsip yaitu :
- Lapangan kehidupan sesaeorang terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Ini seperti pada Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu apabila seseorang dalam berperilaku sedang mendapatkan masalah, maka konflik yang disebabkan oleh adanya beberapa rangsang (stimulus) yang bertujuan untuk keinginan mendekati atau melakukan sesuai dengan konflik tersebut.
- Forces (daya, kekuatan) yaitu kemungkinan adanya daya penekan yang besar atau kecil sebagai penghambat atau pendorong tingkah laku agresif, sehingga tingkah laku agresif tersebut akan timbul ataupun tidak timbul.
- Ketegangan (tension) yaitu apabila seseorang sedang mendapat masalah akan timbul ketegangan dalam dirinya yang mendorong ketegangan tersebut untuk diredakan dengan melakukan sesuatu yang bisa meredakannya.
- Tingkah laku dan lokomasi yaitu dalam dilema melakukan sesuatu terdapat wilayah yang menimbulkan ketegangan (tension) dan ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) sehingga kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkahlaku.
Untuk menganalisis mengapa seseorang mau melakukan pembunuhan dapat dilihat dengan prinsip-prinsip diatas. Pada kasus tersebut yang terjadi adalah ada 5 kasus pembunuhan yang dilakukan dengan 4 motif yang mendasari pembunuhan tersebut yaitu motif uang, motif balas dendam, motif berpoligami, dan motif menagih hutang-piutang.
Pada pelaku kasus Sahr melakukan pembunuhan merasa sakit hati karena korban (Ton) yang sering menggoda istrinya. Padahal antara Sahr dengan Ton bersabahat baik karena hubungan pekerjaan. Karena merasa sakit hati maka Sahr membunuh Ton. Didalam diri Sahr terjadi dilema dengan daya penekan dan ketegangan yang kuat sehingga mendorongnya untuk mendekati konflik dalam dirinya. Selanjutnya Sahr lebih memilih untuk membunuh Ton walaupun sebenarnya dia adalah sahabatnya.
Pembunuhan kedua, IPR melampiaskan rasa dendam kepada anak kandungnya sendiri, karena IPR merasa sakit hati akibat bercerai dengan istrinya. Sehingga IPR membunuh anak kandungnya tersebut. IPR memutuskan melakukan hal tersebut sesuai dengan daya (forces) yang diperkuat karena IPR dan mantan istrinya tidak serumah lagi sehingga hanya bisa melampiaskan atau meredakan ketegangannya yang ditujukan kepada anaknya sendiri yang masih tinggal bersamanya.
Pembunuhan ketiga, MR juga merasa sakit hati karena William tak mau membayar hutang sebesar 800 juta rupiah. MR telah membantu usaha William dengan modal sebesar itu, tetapi tak ada niat baik untuk mengembalikan. Akhirnya MR merasa hilang kesabarannya dan kemudian ia tega membunuh William. Pada kasus ini sama halnya dengan kasus IPR dimana ketegangan emosinya ditambah dengan daya penekan sakit hati yang kuat sehingga kejiwaannya merasa terancam apabila tidak meredakan ketegangan tersebut dan memutuskan untuk membunuh William.
Pembunuhan keempat, Warja membunuh istrinya, Sunarsih karena Warja merasa terhalangi untuk berpoligami. Warja juga membunuh Ningsih, karena Warja merasa kuatir kejahatannya diketahui dan dilaporkan ke polisi oleh Ningsih. Sehingga Warja juga membunuh Ningsih agar tidak ketahuan oleh oranglain. Pada kasus ini lebih kompleks lagi karena semua prinsip mendasari tindakan agresif ini. Warja terancam kejiwaannya karena tidak disetujui tindakan poligaminya oleh Sunarsih. Kebutuhannya akan poligami menjadi dorongan yang kuat terhadap tindak kejahatannya. Dia meredakan gejolak dalam dirinya dengan membunuhnya selain itu karena tidak ingin ketahuan kejahatannya maka Warja juga membunuh Ningsih agar kebutuhannya terpenuhi sehingga ketegangan dalam dirinya mereda.
Pembunuhan kelima, Su mau menjadi pembunuh karena tergiur untuk mendapatkan bayaran sebesar 6 juta rupiah. Su melakukan pembunuhan karena memiliki motif uang. Dalam kasus ini dorongan yang kuat terdapat pada need (kebutuhan) Su yaitu dikarenakan Su berpendapatan sedikit sebagai tukang parkir maka tawaran untuk menjadi pembunuh bayaran dilakukannya. Su mempunyai ketegangan yang kuat karena stimulus yang didapat berkenaan dengan keadaan jiwa dan lingkungannya. Dengan upah sebesar 6 juta maka dia merelakan dirinya menjadi seorang yang melakukan tindak agresif yang fatal.
0 comments:
Post a Comment